Tuesday, 20 May 2014

Menganalisis Artikel Berdasarkan Salah Satu Ilmu Sosial (SEJARAH)

Tugas
Analisis Artikel,  Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosial 
Oleh : Nenden Maesaroh
1307555 Pendidikan Sosiologi UPI

Artikel 1
Posted by Nina Atmasari on Nov 25, 2013 in Kota Jogja |
Landung Simatupang Pentaskan Pangeran Diponegoro di Empat Lokasi
Harianjogja.com, JOGJA—Landung Simatupang aktor sekaligus pemain teater terkemuka Jogja akan mementaskan pembacaan dramatik (dramating reading) tentang Pangeran Diponegoro.
Landung akan menggelar pementasan di empat situs yang pernah disinggahi Diponegoro saat berjuang melawan penjajah Belanda.
“Perjuangan Diponegoro perlu diapresiasi, terutama untuk disampaikan kepada generasi muda,” kata Landung Simatupang kepada sejumlah awak media di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Jl. Suroto, Kotabaru, Jumat (22/11/2013).
Dalam pementasan tersebut, Landung mengacu pada buku Babad Diponegoro (1831-1832) dan sejumlah buku tertulis lainnya, salah satunya Kuasa Ramalan yang ditulis oleh novelis Inggris Peter Carey (2012).
Landung menyusun ulang buku-buku tersebut dalam sebuah sebuah makna yang kemudian diangkat dalam seni pertunjukan.
“Buku-buku itu tidak mungkin saya baca satu persatu di hadapan penonton. Saya mengambil kisah heroik Pangeran Diponegoro yang penting untuk disampaikan kepada publik,” bebernya.
Karena itu, empat situs yang akan dijadikan sebagai lokasi pembacaan dramatik akan berbeda kisahnya dan tidak akan sama bahannya. Di setiap situs akan dipilih momen sejarah paling kritis yang pernah terjadi di situs tersebut.
Pergelaran dramatik reading Pangeran Diponegoro untuk pertama kalinya berlangsung di Gedung Bakorwil II (Pendapa Diponegoro) sebelah barat Alun-alun Kota Magelang, Minggu (24/11/2013) malam dengan mementaskan naskah berjudul Pertemuan Diponegoro-Jendral De Kock.
Gedung Bakorwil II yang sekarang ini kerap digunakan untuk pesta pernikahan maupun pentas musik, kata Landung, dahulu merupakan tempat awal Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda.
“Waktu itu ceritanya habis lebaran Pangeran Diponegoro hendak bersilaturahmi dengan Belanda. Tapi Belanda ternyata justru menangkapnya,” bebernya.
Sesuai dengan peristiwa yang terjadi kala itu, pementasan Pertemuan Diponegoro-Jendral De Kock, lebih menitikberatkan pada detik-detik penangkapan Pangeran Diponegoro.
Setelah menggelar pentas dramatic reading di Magelang, Landung yang bekerjasama dengan Bentara Budaya akan melanjutkan pentas di Tegalrejo (Jogja), Museum Fatahillah (Jakarta), dan Benteng Rotterdam di Makkasar.
Landung mengakui selama proses penggarapan itu terutama saat latihan dia acap merinding saat berlatih membaca naskah dialog.
“Saya terkadang hampir menetaskan air mata. Bagi saya ini pertanda kalau Pangeran Diponegoro terharu dan senang kisahnya disampaikan kepada publik,” beber aktor berusia 58 tahun itu.

ARTIKEL 2
Pentas Dramatic Reading "Sang Pangeran Di Keresidenan" Landung Simatupang di Gedung Residen Magelang

Jogjanews.com - Landung Simatupang memulai empat pementasan pembacaan drama (dramatic reading) kisah Pangeran Diponegoro di Gedung Residen Jenderal Markus de Kock yang kini menjadi Gedung Bakorwil  II Magelang (Pendopo Diponegoro) pada Minggu (24/11).

Dramatic reading “Sang Pangeran Di Karesidenen” yang dilakukan Landung Simatupang bersumber dari jilid II buku Kuasa Ramalan karya Peter Carey berjudul Derita yang Tak Terpikul”.

Selain itu Landung Simatupang mempelajari sumber Babad Diponegoro untuk membuat naskah dramatic reading yang akan ia pentaskan secara berseri mulai dari Magelang, Yogyakarta, Jakarta dan terakhir di Makassar.Dengan mengenakan pakaian Jawa dengan balutan baju menyerupai jubah warna hitam, Landung Simatupang menghadirkan pembacaan drama yang menawan dihadapan ratusan penonton.

Di dukung artistik performance dari Teater Gadjah Mada, dan artistik panggung yang menyesuaikan tema pembacaan drama ini berupa slide show dengan gambar Pangeran Diponegoro dan peta pulau Jawa, pementasan berlangsung sangat hidup, mampu membawa penonton kembali pada masa peristiwa itu terjadi.

Pentas dramatic reading “Sang Pangeran Di Keresidenan”fokus pada penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Gubernur Jenderal Markus de Kock di Gedung Residen ketika Pangeran Diponegoro mendatangi Jenderal de Kock untuk halal bi halal usai bulan puasa.

Sebelum ditangkap, Pangeran Diponegoro terlibat perdebatan sengit dengan Markus de Kock mengenai penyelesaian konflik Belanda dan masyarakat Jawa. Pangeran Diponegoro juga merasa dicurangi de Kock terkait penangkapan ini karena ia datang ke Residen Magelang ini untuk berhalal-bihalal selepas bulan puasa.

“ Pangeran Diponegoro dan Jenderal Markus de Kock ini sebenarnya sahabat. Sebelum peristiwa itu, mereka sama-sama ditinggal istrinya,” kata Landung Simatupang saat temu media di Jogja sebelum pementasan.

Ditemui usai pementasan, Landung mengaku pementasan ini sangat terinspirasi dari otobigorafi sang Pangeran yang ditulis pada Babad Diponegoro. Terutama tentang sisi kemanusiaan dimana Pangeran Diponegoro berani berontak melawan Belanda karena melihat rakyat yang menderita.

Dalam Babad Diponegoro yang ditulis sendiri oleh Pangeran Diponegoro tertulis bahwa Belanda telah melakukan pengkhianatan yang belum pernah ada taranya. Namun bagi Diponegoro, lebih baik ia berserah diri pada takdir (tan karuwan ingkang cidra, angur sun sumendhe takdir).

“Beliau memberontak bukan karena misi kekuasaan,melainkan melihat rakyat semakin sengsara. Ia memiliki tekad kuat untuk terus berjuang meski ia sendiri diramal sang leluhur akan gagal dalam perjuangannya atau diistilahkan apes,” terang Landung                

Pergelaran “Sang Pangeran di Keresidenan” yang dilakukan Landung Simatupang mewujudkan upaya menyegarkan ingatan bersama nilai-nilai historis warisan fisik yang sepatutnya dirawat lebih serius demi tanggung jawab terhadap generasi masa datang.


 “Babad ini tidak akan ada artinya tanpa dipelajari isi dan maknanya. Jangan mau kalah dari orang luar negeri yang getol meneliti babad bersejarah ini. Maka dari itu, mari kita semangat meneladani sang Pangeran dengan mempelajari babad yang ditulisnya sendiri ini,” ajak Landung Simatupang.

  



ANALISIS ARTIKEL
A.Studi Literatur
1.Ilmu Sejarah
1.secara Etimologi
Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ ). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai.Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal-muasal,dalam bahasa Yunani historia. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.
Menilik pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa.Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi.
2.Definisi sejarah
.Sejarah, babad, hikayat, riwayat, atau tambo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah.
Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon.Penggunaan kata tersebut dalam konteks masa lalu mengacu pada pohon silsilah.Dalam hal ini arti sejarah itu hanya mengacu pada masalah asal usul atau keturunan seseorang.Kata Sejarah yang lebih dekat dengan pengertian, terkandung dalam bahasa Yunani yaitu Historia yang berarti Ilmu atau Orang pandai.Sedangkan dalam bahasa Inggris, History yaitu masa lampau umat manusia dan dalam bahasa Jerman, Geschichte yaitu sesuatu yang telah terjadi.
3.Pengertian sejarah menurut para ahli
(1) Menurut "Bapak Sejarah" Herodotus, Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakansuatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban.
(2)Ibnu Khaldun, mendefinisikan sejarah sebagai catatatan umat manusia atau peradapan dunia dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu.

(3) Aristoteles, menyatakan bahwa sejarah adalah suatu system yang meneliti suatu kejadian dalam bentuk kronologi dan semua pristiwa masa lalu mempunyai catatan dan bukti-bukti yang kuat.

(4)      JV. Briche, sejarah adalah: “It is the record of what man has thought, said and done“. (sejarah adalah rekaman/catatan mengenai apa yang telah difikirkan,dikatakan dan dilakukan oleh manusia)

(5)      Patrick Gardiner, mengatakan : “History is the study of what human beings have done“. (sejarah adalah ilmu tentang apa yang telah dilakukan oleh manusia)

(6)      Taufik Abdullah, mendefinisikan sejarah adalah kejadian masa lampau dan cerita tentang kejadian itu.

(7)      Moh. Yamin, mengatakan bahwa: sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwayang dapat dibuktikan dengan kenyataan.

(8)      Koentowidjojo: Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu tentang apa yang dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami manusia.
(9)      Sartono Kartidirdjo: Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau.

(10)  Mohammad Ali: Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau.

.:. Dari beberapa uraian di atas dibuat kesimpulan bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik, dan penting.
a.       Pristiwa tersebut hanya terjadi 1 kali (unik). Artinya peristawa tersebut tidak akan terulang dan hanya terjadi pada zaman, tempat, atau orang yang sama.
b.      Peristiwa tersebut penting dan besar pengaruhnya.
c.       Peristiwa tersebut abadi. Artinya peristiwa tersebut tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa
.

4.Klasifikasi

Karena lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian. Bila beberapa penulis seperti H.G. Wells, Will Durant, dan Ariel Durantmenulis sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan sejarawan memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing.
Ada banyak cara untuk memilah informasi dalam sejarah, antara lain:
  • Berdasarkan kurun waktu (kronologis).
  • Berdasarkan wilayah (geografis).
  • Berdasarkan negara (nasional).
  • Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis).
  • Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal).
Dalam pemilahan tersebut, harus diperhatikan bagaimana cara penulisannya seperti melihat batasan-batasan temporal dan spasial tema itu sendiri. Jika hal tersebut tidak dijelaskan, maka sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam falsafah ilmu lain, misalnya sosiologi. Inilah sebabnya Immanuel Kant yang disebut-sebut sebagai Bapak Sosiologi mengejek sejarah sebagai "penata batu-bata" dari fakta-fakta sosiologis.
Banyak orang yang mengkritik ilmu sejarah. Para pengkritik tersebut melihat sejarah sebagai sesuatu yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi faktor-faktor keilmuan, terutama faktor "dapat dilihat atau dicoba kembali", artinya sejarah hanya dipandang sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai ilmu. Sebenarnya, pendapat ini kurang bisa diterima akal sehat karena sejarah mustahil dapat diulang walau bagaimana pun caranya karena sejarah hanya terjadi sekali untuk selama-lamanya.Walau mendapat tantangan sedemikian itu, ilmu sejarah terus berkembang dan menunjukkan keeksisannya dalam tataran ilmu.
 5. Sejarah Sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu dan Seni

a)      Sejarah sebagai peristiwa berarti bahwa kejadian itu pernah ada dan benar-benar terjadi serta bisa dibuktikan secara ilmiah.

b)      Sejarah sebagai Kisah, selain peristiwa itu ada, juga bisa dikisahkan atau bisa diceritakan kembali.

c)      Sejarah sebagai ilmu bahwa sejarah merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai peristiwa masa lampau dan menggunakan metode analitis yaitu hasilnya harus dapat diverifikasi dan dapat disetujui atau ditolak oleh para ahli.
Sejarah sebagai ilmu juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1.      Empiris, yang artinya berdasarkan pengalaman
2.      Memiliki objek, yang artinya sejarah harus memiliki tujuan dan objek materiil atau sasaran yang jelas. objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di masa lalu yang merupakan sebab akibat.
3.       Memiliki Teori, artinya sejarah juga sama seperti ilmu-ilmu lain yang mempunyai teori yang berisi kumpulan kaidah-kaidah pokok suatu ilmu.
4.      adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti sejarah.
Metode, merupakan suatu system untuk menggarap sumber atau data
sejarah, mulai dari penelitian sampai penulisan.
5.kisah sejarah tersusun secara sistematis dan kronologis;
6.   kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secararasional dan kritik (penilaian) yang sistematis.
7.fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat masa lampau dengan cara yang berbeda. Kebenaran hanya "milik" peristiwa ini sendiri. Namun kebenaran fauna adalah juga objektif, maksudnya kebenaran harus diakui oleh intersubjektivitas atau diakui oleh banyak sejarawan dan masyarakat luas.
d)     Sejarah sebagai seni mengandung arti bahwa dalam penyajian dari hasil penyelidikan itu disusun dalam suatu rangka tertentu sehingga dapat menarik perhatian orang dan dapat mempengaruhi sikap jiwanya.
Ciri-ciri sejarah sebagai seni :
a.       Intuisi, yaitu pemahaman langsung dan insting selama masa penelitian langsung.

b.       Imajinasi, yaitu dengan imajinasi sejarawan akan bisa membayangkan apa yang sebenarnya terjadi atau apa yang sedang terjadi.

c.        Emosi, sejarawan dituntut menumbuhkan rasa emosionalnya untuk menumbuhkan rasa empati dan menyatakan perasaan dengan objeknya.

d.       Gaya Bahasa, sejawan juga dituntut menggunakan gaya bahasa yang baik dalam penulisan sejarah.

6.Periodeisasi dan Kronologi Dalam Sejarah

a) Periodeisasi Sejarah
Sejarah merupakan sebuah proses perjalanan waktu yang sangat luas dan panjang areanya .dalam rentang waktu itulah sejarah melewati ratusan bahkan ribuan tahun dengan melibatkan perubahan dalam kehidupan manusia yang sangat banyak . mengkaji semua peristiwa sejarah yang luas dan panjang secara rinci sangatlah susah, untuk itulah maka digunakan pemisahan yang biasanya didasarkan pada momentum tertentu.Suatu momentum yang dapat memberikan petunjuk adanya karakteristik dari suatu kurun waktu yang satu berbeda dengan kurun waktu lainnya . hal itulah yang dinamakan dengan periodisasi sejarah. Contoh periodisasi sejarah dalam masyarakat tradisional biasanya di dasarkan pada kurun waktu kekuasaan raja.

Secara umum periodisasi sejarah Indonesia dikelompokan menjadi beberapa jaman yaitu :
1.prasejarah (jaman batau dan jaman logam )-masuk dan berkembangnya pengaruh budaya India-masuk berkembangnya islam
2.jaman colonial
3.jaman pendudukan jepang-revolusi kemerdekaan
4.masa orde lama
5.masa orde baru-masa reformasiTujuan di buatnya periodisasi bukan berarti memutuskan peristiwa yang satu dengan yang lainnya , karena dalam sejarah aspek kesinambungan dan kontinuitas merupakan suatu hal yang pokok.

b) kronologi sejarah
Karena kompleksnya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia pada setiap kurun waktu , maka peristiwa –peristiawa tersebut terlebih dahulu harus dikelompokan berdasarkan bentuk atau jenis tertentu (periodisasi) . setelah itu barulah disusun secara kronologis (berdasarkan urutan waktu kejadian ).Tujuan dibuatnya kronologi dalam sejarah adalah agar penyusunan berbagai peristiwa sejarah dalam periodisasi tertentu tidak tumpang tindih atau rancu dengan metode lainnya . kronologi sejarah berarti sesuai dengan urutan waktu kejadian dari peristiwa sejarah tersebut , sehingga tidak berlangsung secara loncat-loncat.  

4. Kegunaan Sejarah Dalam Kehidupan Masyarakat

Secara sederhana, Louis Gotschalk membagi kegunaan sejarah dalam 4 bagian yaitu:
1.      Rekreatif, artinya dengan membaca atau mempelajari sejarah, kita seolah-olah dibawa berpetualang menembus dimensi ruang dan waktu. Tanpa beranjak dari tempat, kita dibawa oleh sejarah untuk menyaksikan peristiwa-peristiwa yang jauh dari kita yang mungkin saja kita tidak tahu tempatnya atau kita tidak pernah ikut menyaksikan kejadian tersebut.
2.      Inspiratif, dalam hal ini suatu karya sejarah dapat memberikan inspirasi kepada para pembacanya atau yang mempelajarinya.

3.      Instruktif, bermaksud memberikan pelajaran mengenai suatu keterampilan atau pengetahuan (pengajaran) tertentu misalnya pengetahuan tentang taktik perang.

4.      Edukatif, berguna untuk mendapatkan kearifan dari masa lampau untuk melangkah ke masa depan. Contoh adanya slogan “jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Menurut Travelyan belajar sejarah mempunyai 3 kegunaan antara lain:
a. Ilmiah yaitu berupa pengumpulan fakta dan penyaringan bukti.
b. Imajinatif yaitu menyeleksi dan mengkategorikan fakta yang telah dikumpulkan dan mengambil satu kesimpulan
c. Sastra yaitu penyajian hasil ilmu dan daya angan dalam bentuk yang menarik.
  

DIPONEGORO DALAM PERTUNJUKAN LANDUNG

1.Pangeran Diponegoro
Diponegoro
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pangeran Dipanegara ,juga sering dieja Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia-Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia.
Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Dipanegara di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.
Sikap Dipanegara yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Dipanegara menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Dipanegara menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Dipanegara membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Dipanegara di Goa Selarong.Perjuangan Pangeran Dipanegara ini didukung oleh S.I.S.K.S. Pakubuwono VI dan Raden Tumenggung Prawirodigdaya Bupati Gagatan.
Pada puncak peperangan, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu; suatu hal yang belum pernah terjadi ketika itu dimana suatu wilayah yang tidak terlalu luas seperti Jawa Tengah dan sebagian Jawa timur dijaga oleh puluhan ribu serdadu. Dari sudut kemiliteran, ini adalah perang pertama yang melibatkan semua metode yang dikenal dalam sebuah perang modern. Baik metode perang terbuka (open warfare), maupun metoda perang gerilya (geurilia warfare) yang dilaksanakan melalui taktik hit and run dan penghadangan. ini bukan sebuah tribal war atau perang suku. Tapi suatu perang modern yang memanfaatkan berbagai siasat yang saat itu belum pernah dipraktekkan. perang ini juga dilengkapi dengan taktik perang urat syaraf (psy-war) melalui insinuasi dan tekanan-tekanan serta provokasi oleh pihak Belanda terhadap mereka yang terlibat langsung dalam pertempuran; dan kegiatan telik sandi (spionase) dimana kedua belah pihak saling memata-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya.
Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.
Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Dipanegara. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Dipanegara.
Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Dipanegara dengan menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Dipanegara terjepit. Pada tahun 1829, Kyai Maja, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Sentot Alibasya menyerah kepada Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Dipanegara di Magelang. Di sana, Pangeran Dipanegara menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Dipanegara ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Perang melawan penjajah lalu dilanjutkan oleh para putera Pangeran Diponegoro. Pangeran Alip atau Ki Sodewo atau bagus Singlon, Diponingrat, diponegoro Anom, Pangeran Joned terus melakukan perlawanan walaupun harus berakhir tragis. Empat Putera Pangeran Diponegoro dibuang ke Ambon, sementara Pangeran Joned terbunuh dalam peperangan, begitu juga Ki Sodewo.
Berakhirnya Perang Jawa yang merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini banyak memakan korban dipihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa. Sehingga setelah perang ini jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya. Mengingat bagi sebagian orang Kraton Yogyakarta Dipanegara dianggap pemberontak, sehingga konon anak cucunya tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton, sampai kemudian Sri Sultan HB IX memberi amnesti bagi keturunan Dipanegara, dengan mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Dipanegara kala itu. Kini anak cucu Dipanegara dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus Silsilah bagi mereka, tanpa rasa takut akan diusir.
http://id.wikipedia.org/wiki/Diponegoro#

2.Landung Simatupang
Nama :
Yohanes Rusyanto Landung Laksono Simatuandung Simatupang

Lahir :
Yogyakarta,
25 November 1951

Pendidikan :
Fakultas Sastra Inggris
Universitas Gadjah Mada

Penghargaan :
 Juara I Putra Lomba Deklamasi se-Yogyakarta (1971),
Juara I Penulisan Puisi se-Yogyakarta (1979),
  Juara III Sayembara Penulisan Drama Bakom PKB DKI Jakarta (1981)


Filmografi :
Sang Pemimpi (2009),
Rindu Purnama (2010),
Cewek saweran (2011),
Sang Penari (2011),
Ambilkan Bulanbu (2012),
Optatissimus (2013),
Jokowi (2013)

Karya Buku :
Buku Kumpulan Puisi Asap dan Angin (1986),
Buku Kumpulan Puisi Sambil Jalan (1999)

Landung adalah seorang aktor dan sutradara teater yang berdomisili di Yogyakarta. Sejak lama alumnus Jurusan Inggris Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada ini mengembangkan kegiatannya dari sana. Pada awalnya ia tergabung dalam Teater Gadjah Mada, kemudian STEMKA, antara tahun 1974 sampai 1988. Dikenal sebagai aktor dan sutradara teater yang kerap kali berkolaborasi dengan berbagai kelompok teater dan sutradara. 

Bersama Teater STEMKA dalam lakon Hai Yang Di Luar Itu (1972) karya William Saroyan, menyutradarai Monolog Matinya Seorang Pejuang, A Tribute to Munir (2004/2005). Bersama Yudi Ahmad Tajuddin, ia menyutradarai Teater Garasi untuk pementasan End Game karya Samuel Beckkett, yang dimainkan berkeliling di Yogyakarta, Bandung, Surabaya, dan Jakarta pada (1999-2000). Dengan berbagai kelompok Teater, Landung telah menyutradarai dan memainkan naskah-naskah Indonesia maupun asing, meliputi karya Emanuel Robbies, Ugo Betti, Arifin C. Noor, Alexander Dumas, Moliere, William Saroyan, Motinggo Busye, Wisran Hadi, Anton Chekov, Hella S. Haasse, Christopher Fly, Federico Garcia Lorca, Eugene Lonesco maupun T.S. Eliot. Pengalamannya diperkaya ketika bekerja bersama Black Swan Theater Company, Perth, Australia Barat, sebagai aktor dan penerjemah teks (Jawa-Inggris) pada pementasan lakon The Year of Living Dangerously yang disutradarai Andrew Ross untuk Festival of Perth 1999.
 Sebagai aktor teater, Landung pernah tampil di banyak pementasan dengan peran yang beragam, misalnya dalam Lautan Bernyanyi karya Putu Wijaya (1973), Menunggu Godot karya Samuel Becket (1984), Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira Ajidarma (2001) dan terakhir tampil dalam pementesan Opera 3 Babak Tan Malaka di Graha Bhakti Budaya, TIM, 22-23 April 2011 lalu. 

Kemampuannnya sebagai aktor dimanfaatkan dengan baik untuik pembacaan cerita pendek, dan Landung menjadi salah satu pembaca terbaik bidang ini. Diilhami oleh keberhasilan Chairul Umam membawakan Kimono Biru untuk Istri karya Umar Kayam, ia menjadi yakin atas kemungkinan pembacaan publik untuk cerpen maupun fragmen novel Dewi Lestari, Ayu Utami, Seno Gumira Ajidarma, Y.B. Mangunwijaya, Umar Kayam dan Khalil Gibran. Kemudian, bahkan esai pun digebernya pula, seperti karya-karya Sindhunata. Untuk semua pembacaan itu, Landung mendapat sambutan yang baik.

Keahliannya dalam berbahasa Inggris dimanfaatkan sebagai penerjemah, dan mengajar bahasa Inggris di berbagai sekolah, yang kemudian menggembangkannya pula sebagai editor dan peneliti. Pernah mengajar di Fakultas Sastra UGM jurusan Inggris dan menjadi asisten publikasi Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan UGM, asisten peneliti Lembaga Pengkajian Kebudayaan UGM, dan peneliti Seksi Monitoring Sosial Yayasan Dian Desa.

Landung juga tercatat sebagai penyair yang baik, kumpulan puisinya Sambil jalan diterbitkan Yayasan untuk Indonesia atas bantuan Yayasan Adikarya IKAPI dan Ford Foundation tahun 1999. Pernah menulis puisi, buku-buku kumpulan puisinya adalah Asap dan Angin (1986) dan Sambil Jalan (1999) .

B.ARGUMENTASI PRIBADI
Menurut pandangan saya pribadi apa yang dilakukan oleh Landung patut kita apresiasi. Niat baiknya menularkan semangat perjuangan pangeran diponegoro kepada masyarakat terutama kaum generasi muda yang akan memimpin negeri ini di masa yang akan datang adalah hal yang langka kita temukan di zaman ini,
Perjuangan Pangeran diponegoro dalam melawan penjajah adalah bentuk rasa cinta terhadap tanah kelahiran dan rakyatnya dimana ia tidak rela rakyatnya menderita karena Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak. Dari sini kita bisa belajar betapa sosok pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang tidak akan tinggal diam saat melihat rakyatnya hidup dalam kesulitan dan kesengsaraan.
 Sekarang kita adalah Negara yang merdeka tapi pada hakikatnya ternyata kita masih dijajah oleh Negara asing, berapa banyak kasus eksploitasi di negeri  ini yang didalangi oleh pihak asing?  berapa banyak sumber daya alam yang dikeruk dan dikuasai oleh bangsa asing ? sehingga kita bangsa pribumi hanya mendapat sebagian kecil dari keuntungan yang mereka dapatkan. Ini membuat rakyat Indonesia menjadi ‘kacung’ di negeri sendiri dan bangsa asing berganti peran dari tamu menjadi seorang ‘tuan’ hal ini terjadi tidak lain karena campur tangan para pemimpin rakyat yang kita sebut sebagai pemerintah ikut andil memiskinkan rakyat sendiri, mereka dengan mudahnya memberikan  izin pengeksploitsian sumber daya alam Indonesia untuk kesejahteraan asing dengan kedok kerjasama, tidak hanya itu pemerintah juga yang seharusnya menjadi pelayan rakyat dan membawa rakyat pada kehidupan yang sejahtera dengan mengolah kekayaan negeri sendiri yang terjadi malah memperkaya diri sendiri dengan melakukan korupsi, Tidak heran bila saat ini kita melihat rakyat Indonesia hampir sebagian besar  jauh dari kata sejahtera dan berada dibawah garis kemiskinan. Semangat perjuangan Pangeran Diponegoro yang dalam membela rakyatnya inilah yang harus ada pada diri para pemimpin negeri ini.

Apa yang dilakukan oleh Landung Simatupang ialah tidak lain untuk mengingatkan para pemimpin kita saat ini, bukan untuk berperang mengangkat senjata melawan para penjajah tetapi untuk bekerja sesuai dengan tujuan bangsa ini yaitu mensejahterakan rakyat, membela kepentingan rakyat bukan kepentingan pribadi.
Pertunjukan Landung juga mengingatkan kita sebagai generasi penerus bangsa yang dalam suatu kalimat disebutkan bahwa “Pemuda hari ini adalah pemimpin esok  hari” dan Ir.Soekarno berkata "Berikan Aku 10 Pemuda, akan kuguncang dunia"  jelas tersirat betapa pemuda atau generasi penerus bangsa adalah asset yang tak ternilai harganya untuk membangun dan membawa perubahan dinegeri ini kearah yang lebih baik.
Indonesia butuh para pendidik yang berkarakter, Indonesia butuh para pengusaha yang cerdas, Indonesia butuh pemimpin yang adil dan berakhlaq. Semangat perjuangan membela rakyat Pangeran Diponegoro yang hidup jauh dijaman sebelum kita dan  apa yang dilakukan oleh Bapak Landung Simatupang sebagai seorang seniman sekaligus budayawan yang berkarya dan menginspirasi banyak orang dengan karyanya  kita dapat mengambil pelajaran  Apapun profesi kita, dimanapun posisi kita, jadilah bagian dari perubahan bangsa ke arah yang lebih baik agar perjuangan para pahlawan kita di masa lalu tidak sia-sia memerdekakan bangsa ini (secara fisik) dan sudah menjadi tugas kita kini untuk memerdekakan diri dari penjajahan moral dan aspek sosial !
  
DAFTAR PUSTAKA
v  Buku
    Wardaya.2009.Cakrawala Sejarah.Jakarta:PusatPerbukuanDepartemen Pendidikan Nasional
v  Website






2 comments:

  1. big thanks for help me :) please visit my blog too : rachmanfas.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. sama2 :) terimakasih sudah berkunjung ^.^

    ReplyDelete

jadilah yang pertama memberi komentar :)