Thursday, 31 July 2014

Pendidikan Seks Usia Dini, Bukan Berarti Mengajarkan Bagaimana Cara Melakukan Seks

Oleh : Nenden Maesaroh
Maraknya kasus pelecehan seksual dewasa ini semakin mengkhawatirkan. Karena korban kebiadaban moral ini sekarang tidak hanya orang dewasa melainkan anak kecil juga ikut dijadikan sasaran, bayangkan mereka yang menjadi korban kebiadaban moral ini adalah saudara kita, tetangga kita, atau bahkan bisa jadi anak kita. Masihkah pantas kita hanya berdiam diri dan  menjadi penonton ketika para generasi muda bangsa ini diincar oleh kaum pedofilia sakit jiwa itu? banyaknya anak yang menjadi korban kejahatan seksual ini seperti fenomena gunung es, dimana hanya kasus-kasus besar  saja yang muncul ke permukaan untuk kemudian ditangani pihak-pihak khusus untuk penyelesaian kasusnya, sedangkan kasus yang sama dengan jumlah angka korban yang jauh lebih sedikit seperti luput dari pengawasan kita.
 Tidak berlebihan kalau Komnas PA sejak 2013, persisnya pada 21 April, bersamaan dengan maraknya kasus-kasus kekerasan pada anak, terutama kekerasan seksual, sudah menyerukan gerakan nasional untuk menghadapi kondisi ini. Sebab, angka kekerasan pada anak terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2010, kami menerima laporan kekerasan anak sebanyak 2.046 kasus yang 46 persen di antaranya merupakan kekerasan seksual. Tahun 2011 kekerasan anak meningkat menjadi 2.462 kasus, dan tahun 2012 naik lagi menjadi 2.626 kasus. Pada 2013 angka pelaporan melonjak jadi 3.339 kasus, sekitar 58 persen di antaranya merupakan kejahatan seksual. Bila dirata-rata, laporan kekerasan pada anak dari 2010 hingga 2014 didominasi kejahatan seksual pada anak, yakni sekitar 42-62 persen. setiap hari korbannya tidak hanya satu-dua lagi, tapi ada yang 9, 10, bahkan ada yang sampai 114 anak di Sukabumi. Dan itu tersebar di mana-mana ada, di lingkungan sosial anak, di rumah, bahkan di sekolah, baik sekolah nasional maupun sekolah internasional, baik sekolah biasa maupun sekolah berasrama. Lingkungan sekolah ini ternyata tak luput dari ancaman terhadap kejahatan seksual.
Saya pribadi menganggap angka ini jauh lebih sedikit daripada jumlah keseluruhan kasus yang terjadi di lapangan, ya inilah fenomena gunung es. Namun bagi Saya juga angka ini sudah sangat mewakili untuk menampar kesadaran hati setiap orang betapa selama ini kita lalai menjaga anak-anak kita, Tidak kah kenyataan yang terpampang jelas dengan angka korban yang luar biasa jumlahnya ini melukai nurani kita?  Jika iya, maka sudah seharusnya lah kita ikut melindungi para generasi muda bangsa ini, kita ikut mengawasi lingkungan kita, dan salah satu alternatif cara pencegahan terhadap kejahatan seksual pada anak yang akhir-akhir ini sudah mulai dilakukan adalah mulai memperkenalkan pendidikan seks usia dini kepada anak-anak.
 Pendidikan seks usia dini bukan berarti mengajarkan bagaimana cara melakukan seks.  Namun pendidikan seks pada usia dini ini menjelaskan tentang organ-organ yang dimiliki manusia dan apa fungsinya, orang tua merupakan aktor utama dalam hal pendidikan seks untuk anak usia dini. Orang tua sebagai wahana belajar utama bagi anak, karena orang tua lah yang paling tepat untuk memberikan pendidikan pada anak usia dini untuk menjelaskan kepada anak mana anggota tubuh yang boleh disentuh orang lain dan mana anggota tubuh yang hanya boleh disentuh oleh orang tua seperti ketika mandi, juga jelaskan apa yang harus dilakukan anak ketika ada orang yang memintanya melakukan sesuatu yang tidak wajar pada organ tubuh yang terlarang untuk disentuh oleh orang lain. Untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak orang tua dapat mencarinya dari buku jenis parenting maupun dari media internet. Informasi banyak tersedia dimana-mana, semua tergantung pada kita sebagai penentu, mau atau tidak untuk mendapatkannya kemudian mengaplikasikannya.
Anak-anak adalah bagian dari masyarakat, dari kita, bahkan mereka adalah para pewaris peradaban yang kita harapkan kelak dapat membawa perubahan positif pada negeri ini, oleh sebab itu kita wajib melindungi mereka bukan malah menjadi bagian dari penjahat yang bukan hanya melukai hati si anak bahkan ikut melukai hati orang tua terutama sang bunda. Belajarlah pula untuk berempati sebelum melakukan suatu tindakan, posisikan diri kita bila ada diposisi orang tua korban atau bahkan diposisi korban. Mari kita lindungi para pewaris peradaban ini agar kelak tidak ada lagi bayang-bayang kaum pedofilia yang menggoreskan trauma fisik sekaligus psikis pada diri anak-anak yang masih polos dan terlalu lugu untuk menerima perlakuan yang sudah sangat jelas merupakan tindakan kejahatan kemanusiaan seperti halnya kejahatan perang di Gaza hari ini yang brutal dan tidak pantas lagi kita sebut pelaku kedua kejahatan ini sebagai manusia.

sumber :


1 comment:

  1. perilaku seks yg menyimpang umumnya juga disebabkan krn minimnya pendidikan, jadi selain pendidikan seks, pendidikan secara umum juga harus bisa diakses oleh semua masyarakat Indonesia. krn orang yg terdidik punya kontrol diri lebih baik

    ReplyDelete

jadilah yang pertama memberi komentar :)