Oleh : Nenden
Maesaroh
Maraknya kasus
pelecehan seksual dewasa ini semakin mengkhawatirkan. Karena korban kebiadaban
moral ini sekarang tidak hanya orang dewasa melainkan anak kecil juga ikut
dijadikan sasaran, bayangkan mereka yang menjadi korban kebiadaban moral ini
adalah saudara kita, tetangga kita, atau bahkan bisa jadi anak kita. Masihkah
pantas kita hanya berdiam diri dan
menjadi penonton ketika para generasi muda bangsa ini diincar oleh kaum
pedofilia sakit jiwa itu? banyaknya anak yang menjadi korban kejahatan seksual
ini seperti fenomena gunung es, dimana hanya kasus-kasus besar saja yang muncul ke permukaan untuk kemudian
ditangani pihak-pihak khusus untuk penyelesaian kasusnya, sedangkan kasus yang
sama dengan jumlah angka korban yang jauh lebih sedikit seperti luput dari
pengawasan kita.
Tidak berlebihan kalau Komnas PA sejak 2013,
persisnya pada 21 April, bersamaan dengan maraknya kasus-kasus kekerasan pada anak,
terutama kekerasan seksual, sudah menyerukan gerakan nasional untuk menghadapi
kondisi ini. Sebab, angka kekerasan pada anak terus meningkat dari tahun ke
tahun. Pada 2010, kami menerima laporan kekerasan anak sebanyak 2.046 kasus
yang 46 persen di antaranya merupakan kekerasan seksual. Tahun 2011 kekerasan
anak meningkat menjadi 2.462 kasus, dan tahun 2012 naik lagi menjadi 2.626
kasus. Pada 2013 angka pelaporan melonjak jadi 3.339 kasus, sekitar 58 persen
di antaranya merupakan kejahatan seksual. Bila dirata-rata, laporan kekerasan
pada anak dari 2010 hingga 2014 didominasi kejahatan seksual pada anak, yakni
sekitar 42-62 persen. setiap hari korbannya
tidak hanya satu-dua lagi, tapi ada yang 9, 10, bahkan ada yang sampai 114 anak
di Sukabumi. Dan itu tersebar di mana-mana ada, di lingkungan sosial anak, di
rumah, bahkan di sekolah, baik sekolah nasional maupun sekolah internasional,
baik sekolah biasa maupun sekolah berasrama. Lingkungan sekolah ini ternyata
tak luput dari ancaman terhadap kejahatan seksual.
Saya pribadi
menganggap angka ini jauh lebih sedikit daripada jumlah keseluruhan kasus yang
terjadi di lapangan, ya inilah fenomena gunung es. Namun bagi Saya juga angka
ini sudah sangat mewakili untuk menampar kesadaran hati setiap orang betapa selama
ini kita lalai menjaga anak-anak kita, Tidak kah kenyataan yang terpampang
jelas dengan angka korban yang luar biasa jumlahnya ini melukai nurani
kita? Jika iya, maka sudah seharusnya
lah kita ikut melindungi para generasi muda bangsa ini, kita ikut mengawasi
lingkungan kita, dan salah satu alternatif cara pencegahan terhadap kejahatan
seksual pada anak yang akhir-akhir ini sudah mulai dilakukan adalah mulai
memperkenalkan pendidikan seks usia dini kepada anak-anak.
Pendidikan
seks usia dini bukan berarti mengajarkan bagaimana cara melakukan seks.
Namun pendidikan seks pada usia dini ini menjelaskan tentang organ-organ yang
dimiliki manusia dan apa fungsinya, orang tua merupakan aktor utama dalam hal
pendidikan seks untuk anak usia dini. Orang tua sebagai wahana belajar utama
bagi anak, karena orang tua lah yang paling tepat untuk memberikan pendidikan pada
anak usia dini untuk menjelaskan kepada anak mana anggota tubuh yang boleh
disentuh orang lain dan mana anggota tubuh yang hanya boleh disentuh oleh orang
tua seperti ketika mandi, juga jelaskan apa yang harus dilakukan anak ketika ada
orang yang memintanya melakukan sesuatu yang tidak wajar pada organ tubuh yang
terlarang untuk disentuh oleh orang lain. Untuk mendapatkan informasi
yang lebih banyak orang tua dapat mencarinya dari buku jenis parenting maupun dari media internet.
Informasi banyak tersedia dimana-mana, semua tergantung pada kita sebagai
penentu, mau atau tidak untuk mendapatkannya kemudian mengaplikasikannya.
Anak-anak adalah
bagian dari masyarakat, dari kita, bahkan mereka adalah para pewaris peradaban
yang kita harapkan kelak dapat membawa perubahan positif pada negeri ini, oleh
sebab itu kita wajib melindungi mereka bukan malah menjadi bagian dari penjahat
yang bukan hanya melukai hati si anak bahkan ikut melukai hati orang tua
terutama sang bunda. Belajarlah pula untuk berempati sebelum melakukan suatu
tindakan, posisikan diri kita bila ada diposisi orang tua korban atau bahkan
diposisi korban. Mari kita lindungi para pewaris peradaban ini agar kelak tidak
ada lagi bayang-bayang kaum pedofilia yang menggoreskan trauma fisik sekaligus psikis
pada diri anak-anak yang masih polos dan terlalu lugu untuk menerima perlakuan
yang sudah sangat jelas merupakan tindakan kejahatan kemanusiaan seperti halnya
kejahatan perang di Gaza hari ini yang brutal dan tidak pantas lagi kita sebut
pelaku kedua kejahatan ini sebagai manusia.
perilaku seks yg menyimpang umumnya juga disebabkan krn minimnya pendidikan, jadi selain pendidikan seks, pendidikan secara umum juga harus bisa diakses oleh semua masyarakat Indonesia. krn orang yg terdidik punya kontrol diri lebih baik
ReplyDelete