Friday, 12 December 2014

Sandiwara Pena

Selalu ada saat dimana jari-jarimu kaku menari diatara huruf-huruf keyboard, saat matamu memandang hampa pada layar monitor yang kosong, saat fikiranmu tak menyumbangkan ide apapun untuk ditulis, saat tarian jemarimu selalu kembali pada tombol backspace ataupun delete, menghapus sebaris kalimat yang susah payah baru saja kau tulis, dan kembali dihantui layar kosong yang menuntut untuk segera dipenuhi dengan kalimat-kalimat, pada akhirnya hanya mampu kutulis deretan kata yang dipenggal koma, yang bahkan belum bisa kusebut itu sebaris kalimat.
Saat hal ini terjadi padaku, Aku menyadari satu hal. Bahwa tak ada penulis ataupun mereka yang bekerja mengandalkan ide untuk sebuah tulisan yang bisa lari dari hal ini, kita semua mengalaminya, bahkan bukan hanya disaat menulis. Dalam maha sandiwara bernama hidup, semua orang mengalami saat-saat dimana ia kehilangan arah, saat dimana ia menyadari bahwa hidupnya hampa hanya berputar pada satu poros tanpa pernah berfikir untuk mencoba poros yang lain, saat dimana kita kehilangan pijakan dan tenggelam dalam keterasingan, saat kita enggan melepas topeng diri demi hidup yang diakui, saat kita enggan mengakhiri dramaturgi hidup yang kita lebih-lebihkan untuk menutupi kekurangan yang ada, saat kita tak tahu apa-apa untuk mengisi hidup kita, saat kita merasa ada dan tiadanya diri kita tak berarti untuk apapun atau untuk siapapun di dunia ini, namun semua yang terjadi dalam kehidupan ini tak pernah berlangsung selamanya, semua adalah siklus yang selalu berganti sesuai ketetapanNya, Dia yang mengatur, Dia sang sutradara abadi. hingga pentas yang berhenti sejenak untuk bahan refleksi kembali bergulir sesuai skenario, hingga layar kosong yang menyisakan sederet kata yang dipenggal koma kembali bersambung menjadi sebuah kalimat kemudian paragraf dan berakhir dengan harapan menjadi sebuah cerita yang memiliki akhir happy ending.

No comments:

Post a Comment

jadilah yang pertama memberi komentar :)