Friday, 10 October 2014

Sering Aku tak dapat menyelesaikan bait-bait yang membingkaimu didalamnya, tapi tidak dengan bait ini. Kuselesaikan untukmu

Aku rindu sosokmu Ayah, ... 
kau yang selalu menungguku pulang
kau yang terlalu mengkhawatirkan kami, anak-anakmu
kata-katamu ... bahkan lebih bawel dari ibu, setidaknya begitu menurutku
kau yang selalu memberi uang saku lebih, Aku rindu padamu :'D
Ah Ayah, benarkah kau telah pergi?
jawabannya telah lama kusadari,
saat itu, saat Aku lupa rasanya menjadi seorang anak perempuan yang dimanja ayahnya
saat itu, saat Aku melihat seorang gadis kecil dengan riang dituntun Ayahnya
saat mereka tertawa lepas, berbagi cerita 
hei ! Aku pernah seperti itu !
Aku pernah sebahagia gadis kecil itu !
menatap lama pemandangan seperti itu, membuatku beku 
kuputuskan untuk berlalu melewatinya
berjalan, menunduk..
atau terkadang menatap lurus namun hampa
mencoba memutar kenangan masa lalu kita 
setiap langkah terbayang senyummu,
setiap langkah terbayang marahmu
setiap langkah terbayang  lahapnya santapmu saat makan
setiap langkah terbayang wajahmu yang lelap tertidur
setiap langkah aku berusaha menahan agar tangisku tak pecah
atau setidaknya jangan ada air mata yang menetes 
jangan sekarang, jangan disini.. bisikku
tapi Ayah, kadang hujan menyelematkanku
menyembunyikan air mataku yang tak lagi tertahan,
seperti hari kemarin
hujan di senja hari, teramat mendung semendung Aku yang sekarang membingkaimu dalam sajak
ah tidak,
jangan bersedih
jika aku menangis saat Aku menulis, itu karena hatiku ada dalam tulisan itu 
ia hadir menumpahkan rindu lewat rangkaian kata dan air mata membenarkan segalanya yang tertuang disana
Aku bahagia, menemukan jalan untuk 'berkisah' denganmu Ayah,
lewat tulisan, menulis adalah jembatan kita... aku 'berbicara' padamu 
dan engkau ... abadilah selalu dalam caraku mengeja makna kehadiranmu yang sesaat namun kuat terpahat padaku ... pada rupaku ... pada sifatku ... engkau nyata adalah bagian tak terpisahkan dari diriku,
terimakasih... ayah.. 
Aku benar-benar bahagia menjadi anakmu, sungguh
Aku tak marah karena kepergianmu, Allah maha mengetahui yang terbaik 
Aku berjanji akan tumbuh dewasa dalam hal apapun SAMA seperti mereka, 
karena Aku juga memiliki ayah, tak pernah kehilangan ayah  :) 
entah ini sajak yang ke berapa, tapi ...
selalu, setiap kali Aku menulis tentangmu
air mata berlomba menghalangi fokusku pada layar monitor
mereka menetes diantara huruf -huruf keyboard 
dan Aku.. terisak.. lagi
membuat gulungan tisu berserakan
*sekali lagi, jangan bersedih
jika aku menangis saat Aku menulis, itu karena hatiku ada dalam tulisan itu 
ia hadir menumpahkan rindu lewat rangkaian kata dan air mata membenarkan segalanya yang tertuang disana

salam rindu untukmu Ayah, 
({}) 



No comments:

Post a Comment

jadilah yang pertama memberi komentar :)