Thursday, 11 June 2015

Ridho Allah, Puncak Segalanya.

Selamat pagi, lama tidak menulis rasanya jari-jari ini menjadi kaku merangkai kalimat. maka maklumi bila tulisan saya dalam postingan kali ini berantakan. ya, beberapa waktu kemarin saya seperti lomba maraton dengan waktu, banyak agenda yang menuntut saya untuk memberikan waktu luang saya untuk menulis, rasanya seperti terenggut sesuatu. Namun banyak hikmah yang dapat saya petik dari  sekian kejadian kemarin, banyak pengalaman yang memberi saya pelajaran untuk lebih bersabar menghadapi sesuatu atau seseorang.  dan juga kenyataan yang baru saya sadari, bahwa ternyata waktu kita itu tidaklah selalu menjadi milik kita sepenuhnya, bahkan saya kembali benar-benar tersadarkan bahwa manusia tidak memiliki apapun, sungguh.

ketika saya fikir setidaknya saya memiliki banyak waktu yang dapat saya habiskan untuk melakukan apapun yang saya inginkan, tapi pada kenyataannya saya telah berada dalam suatu sistem yang kita sebut sebagai lingkungan, maka resiko yang harus kita terima sebagai anggota mutlak sistem tersebut adalah mengikuti aturan mainnya. 
 
Ketika waktu saya terpakai untuk menunggu orang lain, ketika waktu saya terpakai untuk mengerjakan hal yang saya fikir tidak ada hubungannya dengan kepentingan saya disini, ketika waktu saya terpakai sehari-semalam untuk mengikuti sebuah kegiatan, mendengarkan orang lain beradu argumen tentang masa yang telah berlalu, rasanya seperti sia-sia tapi saya tetap percaya tidak ada sesuatu yang terjadi untuk menjadi sesuatu yang sia-sia, be aware then you will get a meaning of it.

sumber gambar : google.com

Waktu saya bukan milik saya sepenuhnya, ada aturan yang harus saya patuhi karena saya manusia yang secara hukum alam sudah menetapkan saya untuk menjadi makhluk sosial yang memiliki peran didalam lingkungan yang mengharuskan saya berbagi, termasuk membagi waktu saya untuk lingkungan sekitar saya. untuk melakukan sesuatu bernama kebaikan dan perubahan. 

Waktu saya bukan milik saya sepenuhnya, ketika takdir yang tertulis mengharuskan waktu saya terbagi-bagi untuk sebuah ketetapan dariNya.

Waktu saya bukan milik saya sepenuhnya, ketika saya memang bisa memilih untuk melakukan sesuatu tetapi saya masih memiliki suara hati yang bersumber dariNya, maka yang saya lakukan adalah menggunakan waktu saya untuk memenuhi perintahNya. dan begitulah seharusnya sebuah waktu digunakan.

Waktu saya bukan milik saya sepenuhnya, bahkan kalimat ini rasanya salah ketika kembali saya tersadar manusia benar-benar tidak memiliki apapun, terutama waktu. Karena waktu diciptakanNya untuk mengatur segala sesuatu agar terjadi secara teratur, 'waktu saya' yang berarti waktu milik saya, apakah benar-benar milik saya? atau hanya pinjaman dariNya? 
 
sumber gambar : google
Saya sampai pada kesimpulan, manusia memang tidak memiliki apapun, ia lahir ke dunia di beri pinjaman segalanya, di tetapkan 'skenario' hidupnya lengkap dengan berbagai pilihan ... 
ketika saya sadar bahwa diri saya sendiri pun bukan milik saya, waktu yang saya gunakan adalah pinjaman modal untuk mengumpulkan bekal kehidupan yang sebenarnya. maka, saya memilih untuk bersyukur karena saya telah sampai pada pemahaman ini dan saya memilih untuk tidak menyesali semua hal yang terjadi pada kehidupan saya, ketika saya tidak tahu dalam keadaan susah atau senangnya hidup saya selama ridho Allah ada disana, maka saya fikir semua akan baik-baik saja.
:) 

Jum'at 12 Juni 2015.