Friday, 6 March 2015

JAKAWA





Apa begini rupa dunia yang sebenarnya?
kejam dan tak berharga
hanya berisi pilu dan ratapan
itu yang selalu kusaksikan
di jalanan itu setiap hari bahkan balita bersaing dengan orang dewasa 
menadahkan tangan mungilnya demi mengais recehan 
mungkin recehan itu yang menghidupinya 
aku tak berani membayangkan dimana orang tuanya
mungkinkah mereka salah satu dari pengais recehan lainnya?
aku iba...
padanya, terlebih pada negeriku...
negeri yang menjanjikan kesejahteraan pada rakyatnya
anak itu, keluarganya... bukankah mereka juga bagian dari rakyat
rakyat dari negeri yang begitu kaya sumber daya
apa terlalu berlebih bila aku berdoa
meminta pemimpin yang bijaksana
pemimpin yang berdaya melawan selera dunia
bukan ia yang mereka sebut boneka
karena rangkaian citra yang sengaja dicipta
demi memenangkan suara rakyat yang tak tahu apa-apa
kami ingin merdeka, 
merdeka dari rasa cemas,
jangan lagi lambungkan harga
bukankah janjimu swasembada pak?
semoga nawacita itu tidak kau lupa!
karena jargonmu kerja! kerja! kerja!
jangan berubah karena buta kuasa 
lupa! lupa! lupa!
salah bila kami yang mengaku rakyat hanya bisa menghujat
untuk bapak yang sedang berkuasa disana
kami hanya bisa mengirimkan doa
agar bapak tak menyerah melawan angkara
terlebih ikut mencipta kemurkaan rakyat.