Wednesday, 26 November 2014

Mengeja Sampai Membaca, Menggaris Sampai Menulis

Aku tak tahu kapan pertamakali Aku jatuh cinta pada kegiatan yang satu ini, melakukannya begitu menyenangkan, membuat darahku berdesir setiap kali merangkai kata demi kata menjadi kalimat, kalimat sambung-menyambung menjadi paragraf sampai dengan ajaib paragraf-paragraf itu berubah menjadi sebuah cerita, sebuah sajak atau bahkan sebuah ilmu. InsyaAllah
Sampai pada titik dimana Aku berucap pada diriku sendiri, "Aku ingin menjadi seorang penulis yang menghasilkan karya yang bermanfaat". 

Bagiku menulis sama menyenangkannya dengan membaca, membaca membuatku merasakan pengalaman orang lain, membaca  membawaku berjelajah mengunjungi berbagai tempat diseluruh penjuru dunia bahkan tempat yang tidak pernah ada sekalipun, membaca membuatku tahu cara memanfaatkan waktu dengan baik walaupun hanya kuhabiskan dengan diriku sendiri tanpa rasa bosan, membaca membuatku memahami banyak hal tentang hidup dan cara menjalaninya dengan bijaksana walaupun badai besar seperti tak pernah selesai menghantam hidupku.
Dan menulis, mencipta sesuatu dengan ajaib hanya dengan menggunakan kata-kata sederhana, lalu merangkai kata-kata sederhana itu, mengolahnya dengan fikiran dan hati, maka akan tercipta satu makna darinya yang akan mampu mengubah pandangan orang lain yang membaca karyamu tentang dirinya sendiri tentang dirimu bahkan kekuatan tulisan mampu mengubah dunia bila yang kau hasilkan adalah sebuah mahakarya yang dihimpun dari hal sederhana berupa rangkaian huruf yang bermakna suatu manfaat.

Satu hal yang baru kupahami dan paling menjadi alasanku menyukai kedua kegiatan ini, menulis dan membaca membawaku pada Tuhan. apapun yang kutulis dan kubaca selalu bermuara padaNya, entah itu nantinya ku tuangkan langsung dalam tulisanku ataupun hanya ku maknai sendiri di dalam hati. tapi selalu, setiap kali Aku jauh dariNya dua hal ini yang membawaku untuk kembali dekat denganNya. 

:) 

note : Terimakasih tak terhingga untuk Ibunda tercinta dan Guru-guru yang membuatku mampu mengeja sampai membaca, menggaris sampai menulis. Jazakumullah.








Tuesday, 25 November 2014

Oppa, Go to hell

Coming soon
This is part of short story  “Oppa, Go to Hell”

Kamu adalah seseorang paling menyebalkan, orang yang katanya sudah dewasa tapi tak lebih seperti anak SMA di mataku! Jika kamu tak bisa menepati jangan pernah menjanjikan sesuatu, Aku hanya perempuan 19 tahun yang ingin menunjukan bahwa Aku juga bisa menjadi seorang yang dewasa, ah tapi kamu malah bertingkah sebaliknya, sekali lagi tak lebih seperti anak SMA! Menghancurkan semua yang sudah akan ku impikan bersamamu, sial! Aku juga melibatkan keluargaku dalam hal menjijikan ini, penghianatan ini. Sudah pergilah dengan tingkah kekanak-kanakanmu itu, siapa pula yang ingin menjadi istri dari laki-laki egois yang kekanak-kanakan, tak bisa menikmati makanan dengan baik, dan berbicara pada mereka seolah-olah bahwa kamu adalah korban dalam hubungan ini, jujur Aku muak dan bagus kamu sekarang dengan sendirinya meninggalkan Aku karena kini Aku dapat berfikir jernih dan menilaimu tanpa basa-basi, kamu… bocah SMA  yang bersembunyi dibalik angka 26 tahun,
Aku tahu apa yang kau fikirkan, bagimu Aku adalah perempuan yang membosankan dengan sedikit kata yang keluar dari mulutku, tak banyak yang ku bicarakan padamu, namun yang harus kau tahu juga bahwa inilah Aku yang tak seperti perempuan kebanyakan, Aku lebih senang mendengarkan mereka yang berbicara padaku tanpa menuntutku untuk berbagi kata dengan mereka, jika Aku mau Aku bisa cerewet membicarakan hal yang tak penting seperti perempuan pada umumnya, bergosip, membicarakan fesyen, mengomentari hidup orang lain, menertawakan hal yang sebenarnya tak ada lucu-lucunya atau apapun yang hal bagiku tak menyenangkan untuk dibicarakan. Dan termasuk segala sesuatu tentangku, kau tak harus tahu masa lalu ku untuk mengerti Aku,cukup lihat Aku yang sekarang, berapa kali Aku bilang bahwa masa lalu ku biasa saja tapi kau memaksaku untuk bercerita, ah dasar egois. Satu hal yang ku suka darimu adalah kepergianmu. Kau mengambil langkah yang tepat, meninggalkan perempuan yang membosankan ini, tapi fikiranmu itu terlalu cepat menyimpulkan Aku orang seperti apa, waktu yang kita lewati di hari lalu kamu tak belajar banyak tentangku, kamu (masih) tak tahu Aku, kita tak akan pernah saling mengenal karena dari awal Aku tak ingin mengenal orang sepertimu, situasi yang memaksaku, dan itu menguntungkanku karena kehadiranmu saat itu melepaskan Aku dari jerat laki-laki lain yang tak mungkin mau melepaskan Aku bila Aku tak menciptakan kondisi seperti kemarin. Big thanks.

Dalam pelarianku aku hampir menemukan cinta
Tapi ia menghancurkan segalanya,
Pergi begitu saja,
Bedalih dengan alasan yang KONYOL
Aku benci kepergian, perpisahan
Tanpa kata maaf atau terimakasih
Kau fikir Aku ini apa?
Bahkan aku ragu kalau kau adalah manusia
Ah.. malaikat tak bersayap?
Setan tak bertanduk baru benar
Sekerat daging yang kau sebut hati
Mungkin tak pernah kau gunakan
Buang saja, Oppa.




LOBOW - SALAH


Sepanjang Perjalanan CintamuKau Bilang Aku Yang Paling TangguhTapi Mengapa Kau Tinggalkan AkuDengan Alasan Yang Tak Jelas

Apa Aku Pernah MengeluhApa Aku Pernah BerlariSaat Kau Ada MasalahApa Aku Pernah MembualApa Aku Tak MengimbangimuSayang Kau Menilaiku Salah
Sepanjang Perjalanan CintamuKau Puji Aku Setiap WaktuTapi Kenyataannya BerlawananKutak Pernah Ada Baiknya

Salah…Salah…Salah…

Sayang Kau Menilaiku Salah
Salah…

Sunday, 16 November 2014

Mau Kemana Jurusan Pendidikan Sosiologi?

   



           Senin (27/10/14) pagi sekitar pukul 08:30 Saya dan teman-teman berangkat dari Kampus Bumi Siliwangi UPI tercinta :D menuju sekolah SMKN 1 Bandung untuk melakukan observasi, niat kami ya semata-mata melakukan observasi ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kurikulum dan Pendidikan (bahasanya cover makalah banget yah), jadi ini tugas kelompok, dan kelompok Saya berjumlah 4 orang diantaranya ada Oki, Sena, Febriant, dan Saya. well, pada akhirnya dari kampus Saya berangkat berdua dengan Oki karena Sena berangkat dari rumah langsung ke TKP :D sedangkan Febriant berhalangan hadir -_- yang unik Saya dan Oki berangkat ke 'TKP' naik Damri (terus apa uniknya?) ya buat yang udah biasa naik Damri sih gak unik tapi bagi Saya ini pengalaman pribadi Saya naik Damri berdiri di barisan paling depan karena tak ada tempat duduk kosong yang tersisa untuk kami, untungnya hal ini hanya berlangsung selama kurang lebih sekitar sepuluh menit, karena setelahnya banyak penumpang yang turun dan akhirnya kami bisa duduk, sepuluh menit yang mendebarkan, kenapa? ah rasakan saja sendiri bagaimana rasanya berdiri berdesak-desakan dan posisi kita ada di paling depan yang otomatis tidak ada penghalang saat mobil mengerem, percayalah itu sangat mendebarkan ! dan apalagi? tangan Saya rasanya mati rasa karena pegal ! (gak lagi-lagi deh naik Damri yang penuh sesak kayak tadi -_- ) >> kecuali darurat :D

             Tapi guys, bukan pengalaman tentang 'Tragedi Damri' ini yang ingin Saya bahas, tapi pengalaman setelah kita sampai di 'TKP' yaitu di SMKN 1 Bandung, fyi Sena udah tiba disana duluan, berkali-kali Saya minta maaf karena keterlambatan Saya dan Oki -_- Sena bilang gak apa-apa cuma nunggu sejam kok ... I think this kind of eufimisme .. I am really sorry Sen:')
#skip
         
             Ceritanya kita bertiga udah diruang wakasek nih, kita mulai wawancara Bu Rina (Wakasek Kesiswaan SMKN 1 Bandung) yang sebelumnya kita udah buat janji sama beliau, so far selama wawancara instrumen wawancara kita yang seputar Kurikulum 2013 dapat dijawab dengan baik dan sangat jelas oleh beliau, tapi ... ini bagian yang paling menarik, ceritanya wawancara kita selesai, berhubung tugas kita selain wawancara juga ditugaskan oleh dosen untuk meminta RPP, Silabus juga struktur Organisasi sekolah maka Oki dengan sukarela keluar dari ruangan Wakasek untuk fotokopi Silabus, tingalah Saya dan Sena di ruang Wakasek itu bersama Bu Rina dan Guru lain yang sehari-hari bekerja diruangan itu, untuk sesaat kami mengobrol awalnya hanya basa-basi kemudian kembali ke topik wawancara seputar kurikulum 2013 itu lagi, Bu Rina mengatakan bahwa di Kurikulum 2013 mata pelajaran Sosiologi itu tidak ada karena sudah dilebur kedalam mata pelajaran Sejarah Indonesia, jujur Saya kaget karena baru mengetahui hal ini sekarang, dan kemudian Bu Rina bertanya Nah, kalian bagaimana? otomatis apa yang Saya dan Sena juga pasti pikirkan saat lulus nanti apakah ilmu Sosiologi yang kami miliki akan dapat tersalurkan di sekolah-sekolah bila kelak Kurikulum 2013 tetap diterapkan di Indonesia ini? untuk sesaat kami hanya menunjukan wajah bingung, dan kemudian Oki datang, kami langsung tertuju pada Oki dan seketika melupakan obrolan kami tadi. setelah itu kami pamit keluar ruangan untuk mewawancara beberapa siswa yang kebetulan sedang tidak berkegiatan diluar kelas,Singkat cerita kegiatan observasi kami selesai.

Sepanjang perjalanan pulang, Aku memikirkan pertanyaan Bu Rina, Mau Kemana Jurusan Pendidikan Sosiologi? satu hal yang langsung muncul di benak Saya, sebaris kalimat yang sederhana namun begitu bermakna bagi Saya, "ilmu tetaplah ilmu, tak peduli dimanapun engkau mengajarkannya" ya,kalimat itu terus terngiang di fikiranku untuk waktu yang lama setelah kegiatan observasi itu, ilmu... tetaplah ilmu... dimanapun kita mengajarkannya, Saya dan teman-teman Saya dari jurusan Pendidikan Sosiologi yang setiap hari berkutat dengan masyarakat, mengamati fenomena didalamnya, dari mulai hal yang sederhana, kecil dan mungkin dianggap bukan sesuatu yang menarik untuk diperhatikan tapi Saya pribadi dari kejadian sehari-hari didalam masyarakat itu selalu mendapatkan ilmu yang kemudian bisa Saya tuangkan dalam sebuah karya, baik itu karena tugas ataupun karena rasa ingin berbagi makna seperti tulisan ini, dari hal ini Saya dapat mengambil pelajaran, kelak jika Saya sudah lulus dari kampus, jadi apapun Saya nanti, dimanapun Saya bekerja nanti kalau toh memang Saya tidak dapat bekerja ditempat yang 'sesuai' dengan juruan yang Saya ambil, Saya tetap percaya bahwa Saya masih tetap bisa mengamalkan apa yang Saya dapat dari kampus, TIDAK HARUS menjadi tenaga pendidik di kota yang 'katanya' berupah besar dan banyak tunjangan atau tidak menjadi PNS sekalipun, toh kita tetap memiliki kewajiban untuk mengamalkan ilmu yang kita dapat,
cobalah kita untuk  menggugat nurani kita, sekerat daging yang kita sebut hati tanyakan padanya bagaimana jiwa pendidik yang sebenarnya?
> obsesi mengajar di daerah kota dengan upah dan tunjangan yang besar serta titel PNS yang begitu dianggap segalanya?
> lulus dari kampus, ikut program mengajar di daerah terpencil, program selesai dan kembali ke obsesi mengajar di daerah kota dengan upah dan tunjangan yang besar serta kembali memburu titel PNS?
> atau, lulus dari kampus kemudian mengabdikan diri berbagi ilmu dengan saudara-saudara kita yang berada jauh dari jangkauan fasilitas negeri ini yang tak adil? mengabdi untuk waktu yang lama tanpa terpaku pada batas waktu sebuah program, hanya fokus pada bagaimana cara agar mereka yang kita bantu benar-benar merasa terbantu dengan ilmu yang kita amalkan, hanya terus mengukir jawaban atas pertanyaan bagaimana kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat? lewat tindakan kita hari ini, esok dan masa yang akan datang. sampai waktu dimana mereka tak lagi membutuhkan kita, sampai waktu dimana mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang kita sebut agent of change yang lebih dari kita.


ini tentang Bagaimana kita akan dikenang oleh mereka yang kita tinggalkan nanti saat kita kembali padaNya.

Untuk hari ini Saya baru dapat berbagi melalui tulisan, seperti hal nya tulisan ini :)
setidaknya. Saya melakukan sesuatu yang disebut berbagi, entah ini ilmu atau bukan yang jelas suatu pengetahuan yang menghasilkan sebuah manfaat jelas adalah sebuah ilmu. sekecil apapun itu tetap tak akan luput dari penilaianNya. semoga tulisan ini menjadi ladang amal Saya. dan bermanfaat bagi teman-teman yang membacanya.

:)