Pembentukan
Suku-Bangsa dan Negara
Oleh
Nenden Maesaroh
Pendidikan Sosiologi UPI 2013
Suku-bangsa yang beraneka ragam sebagai pendukung bangsa
Indonesia, Pada zaman kolonial Belanda diantaranya disebut sebagai bangsa yang
berbeda pengertiannya dengan bangsa primitif. Pengertian bangsa merupakan
kelompok masyarakat yang besar dengan
wilayah budaya yang luas, pernah berdaulat sebagai sebuah negara (kerajaan)
yang merdeka sehingga disebut sebagai bangsa yang memiiki sejarah.Akibat adanya
pengaruh penjajahan menyebabkan mereka terpecah kedalam beberapa kelompok
masyarakat dan kebudayaan, di bawah
kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda.
Sedangkan pengertian bangsa Primitif nampaknya lebih
menitikberatkan pada masyarakat tertentu yang terbatas jumlah dan wilayahnya,
mereka dianggap sebagai bangsa yang tidak memiliki sejarah seperti halnya
masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat dan memiliki budaya asli
yang belum banyak tercampur dengan budaya lain, kadangkala ahli antropologi
Eropa menamakannya masyarakat primitif.
Pengertian Primitif
menurut Sasongko (1954: 16-17) :
Primitief berasal
dari kata “primus” yang berarti aseli, belum mendapatkan pengaruh-pengaruh dari
luar… Tanda-tanda masjarakat primitief ialah terpentjil. Disitu belum ada
pemisahan (Differentiatie). Pemetintahan hanja dipegang oleh seorang sadja….
Kadang-kadang orang jang memegang pimpinan pemerintahan ini juga mendjadi
pemimpin peperangan…. Tambahnya pula bahwa bangsa yang primitief masih
menggantungkan dirinya kepada kekuasaan alam. Semua yang dipergunakan masih
merupakan hatsil-hatsil alam…. Masjarakat primitief sifatnya statisch tidak hanya dynamisch ….
Pengertian masyarakat primitive ini tampaknya terlalu sangat
sederhana dan terlalu menonjolkan kekurangan dari mereka. Badan Kesejahteraan
Sosial Nasional pada tahun 1985 dalam
Garna (1992:95) menyebutkan bahwa masyarakat demikian disebut sebagai
masyarakat terasing yang diartikan sebagai berikut.
Masyarakat yang
kondisi kehidupan dan penghidupannya masih sangat sederhana dan terbelakang,
baik oleh karena tempat tinggalnya yang sederhana, tersebar dan terasing,
karena isolasi fisik dan sosial budaya dan belum terjangkau oleh pelayanan
pembangunan.
Pengertian masyarakat terasing sama halnya dengan pengertian
masyarakat primitive yang menganggap mereka sebagai masyarakat terbelakang,
padahal seiring dengan perkembangan zaman, mereka pun turut mengalami
perubahan, hanya saja perubahan yang dialaminya tidak secepat masyarakat lain,
karena perubahan yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan hidup mereka.
Pengertian suku-bangsa berkembang lebih cocok dibandingkan
dengan pengertian terdahulu, karena pengertian ini sesuai dengan kenyataan yang
ada bahwa setiap masyarakat mengalami perubahan, hanya saja perubahan yang
dilakukan suku-bangsa berkembang tidak secepat masyarakat yang lain karena
kuatnya ikatan adat dan sikap tradisional yang mereka miliki, sehingga setiap
perubahan yang terjadi dikhawatirkan dapat mengganggu tatanan hidup yang telah
berjalan dan dapat mengakibatkan kerugian bagi kehidupan mereka.
Pengertian masyarakat terasing nampaknya sekarangpun sudah
tidak cocok lagi maka diperbaharui menjadi komunitas
adat terpencil.
Pengertian yang lebih luas dari suku bangsa berkembang
adalah suku bangsa yaitu : Kesatuan sosial yang dapat dibedakan
dari kesatuan sosial lai berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan
kebudayaan, khususnya bahasa.
Untuk mengetahui
keberadaan suku bangsa menurut Narroll dalam Barth (1998:11) menganggap suku
bangsa sebagai suatu populasi, yaitu :
1.Secara biologis
mampu berkembang biak dan bertahan,
2.Mempunyai
nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk
budaya;
3.membentuk
jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan
4.menentukan ciri
kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dengan
kelompok populasi lain.
Sebelum terbentuknya suku bangsa terlebih dahulu diawali
dengan pembentukan kelompok kecil (bands) kemudian komunitas. Hal ini mengacu
kepada pembentukan suku-bangsa di Indonesia yang semuanya meyakini bahwa
penduduk Indonesia berasal dari Utara. Pandangan itu apabila ditelusuri pada
setiap suku-bangsa di Indonesia terdapat persamaan-persamaan beberapa kata yang artinya pun sama. Begitu pula dalam
adat kebiasaan mereka memiliki persamaan. Hali ini menunjukan bahwa mereka
berasal dari sumber yang sama.
Pembentukan Negara
Pembentukan Negara dimulai dari perkembangan kelompok
masyarakat (bands) yang akhirnya menjadi bangsa yang berada di bawah naungan suatu
Negara.Pembentukan Negara dan bangsa yang didasari dari perkembangan komunitas
suku-bangsa yang semakin meluas dan melebar wilayahnya, sehingga menjadi
kerajaan-kerajaan kecil, kemudian kerajaan tersebut menaklukkan
komunitas-komunitas suku bangsa atau kerajaan lain untuk memperbesar wilayah
kerajaan bersangkutan.Hal ini terjadi pada kehidupan bangsa Indonesia sebelum
datangnya pengaruh kebudayaan India melalui melalui agama Hindu dan Budha.
Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang
yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia
Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia
dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha serta Islam di Jawa danSumatera yang terutama mengandalkan
perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang
menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar
3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan
Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno
(1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta
Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
Nusantara pada
periode prasejarah
Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali
ditemukan di Sangiran
Secara geologi, wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan,
selanjutnya disebutNusantara) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua
utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik (lihat
artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini
terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, sekitar 10.000
tahun yang lalu.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia
Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal
adalah fosil-fosil Homo erectus
manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa
"manusia Flores" (Homo
floresiensis) di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya
H. erectus hingga masa Zaman Es terakhir.
Homo sapiens pertama
diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur
pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 60 000 sampai 70 000 tahun yang
lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.Mereka, yang berfenotipe kulit
gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan
membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa
Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM
dari Cina Selatan melalui Formosa danFilipina membawa kultur beliung persegi
(kebudayaan Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik.
Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat,
mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk
setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang
ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam padi di
sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan
perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktik-praktik megalitikum, serta
pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada abad
pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil,
dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan
perniagaan.
Era pra kolonial
Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau
kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra atau Swarna dwipa sekitar
200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak
Hinduisme pada abad ke-5, yaitu: Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa
Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam,Kalimantan. Pada tahun 425
agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut.
Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah
mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar
yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan
kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau
saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).
Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar
abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7
Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional
melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia
Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga
abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir
pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang
ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama
Srindravarman mengirim surat kepada KhalifahUmar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan
Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya.
Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang
isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat
seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon
gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya
hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan
tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang
sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda
persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat
mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.”
Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu,
masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal
dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi
ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganutBudha.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan
ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai
kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang
tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur,
rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16
dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di
kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di
luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan
utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk
menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara
berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada parapedagang dari
penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke
penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama
mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya:
Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik
dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kerajaan Iha, Kesultanan Ternate
dan Kesultanan Tidore di Maluku.
Era kolonial
Kolonisasi Portugis
dan Spanyol
Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena
tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa
dan dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain,
terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tejo yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah
armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan
hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari
sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah,
komoditas yang setara emas kala itu.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai
petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam
buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa,
2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu
motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas
dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria,
fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja
atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari
Estado da India, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi
Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba
di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia
dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai
perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka,
ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat
rempah-rempah.
Kolonisasi VOC
Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi
penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di
antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya
yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal
hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur.
Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa
pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang
Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II.
Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah
satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi
sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan
kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara
langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama
Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische
Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan
aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602.
Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap
perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan
dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil
rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang
dengan para penduduk tersebut. VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa
pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin
Mataram dan Banten.
Kolonisasi
pemerintah Belanda
Era Napoleon (1800-1811)
Setelah VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) jatuh
bangkrut dan dibubarkan pada akhir abad ke-18, tepatnya adalah pada tahun 1
Januari 1800 dan setelah Belanda kalah Perang Eropa dan dikuasai Perancis, maka
Hindia-Belanda jatuh ke tangan Perancis, walaupun secara pemerintahan masih di
bawah negara kesatuan Republik Belanda (hingga 1806), kemudian dilanjutkan
Kerajaan Hollandia (hingga 1810). Sejak saat itu dimulailah perang perebutan
kekuasaan antara Perancis (Belanda) dan Britania Raya, yang ditandai dengan
peralihan kekuasaan beberapa wilayah Hindia-Belanda dan perjanjian, antara lain
Persetujuan Amiens hingga Kapitulasi Tuntang.
Dalam masa ini Hindia-Belanda berturut-turut diperintah oleh
Gubernur Jenderal Overstraten, Wiese, Daendels, dan yang terakhir adalah
Janssens. Pada masa Daendels dibangunlah Jalan Raya Pos (jalur Pantura
sekarang), kemudian meluaskan daerah jajahan hingga ke Lampung, namun
kehilangan Ambon, Ternate dan Tidore yang direbut Britania. Tahun 1810 ketika
Perancis menganeksasi Belanda, maka bendera Perancis dikibarkan di Batavia, dan
Daendels kembali ke Eropa untuk berperang di bawah Napoleon. Janssens,
penggantinya, tidak memerintah lama, karena Britania di bawah Lord Minto datang
dan merebut Jawa dari Belanda-Perancis.
Interregnum Britania (1811-1816)
Setelah Britania menguasai Jawa, pemerintahan beralih
sementara dari Belanda ke Britania, hingga akhir perang Napoleon pada 1816
ketika Britania harus mengembalikan Hindia-Belanda kepada Kerajaan Belanda.
Lord Minto menjadi Gubernur Jenderal pertama yang bermarkas di India, sedangkan
Raffles diangkat menjadi Letnan Gubernur yang memimpin Jawa. Raffles kemudian
membenahi pemerintahan di Jawa sesuai sistem pemerintahan Britania.
Salah satu penemuan penting pada pemerintahan Raffles adalah
penemuan kembali Candi Borobudur, salah satu candi Buddha terbesar di dunia,
dan Gunung Tambora di Sumbawa meletus, dengan korban langsung dan tidak
langsung mencapai puluhan ribu jiwa
Pemerintahan Kerajaan Belanda (sejak 1816)
Setelah Kongres Wina mengakhiri Perang Napoleon dan
mengembalikan Jawa ke Belanda, sejak 16 Agustus 1816 pemerintah Kerajaan
Belanda berkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah Hindia-Belanda yang tertulis
dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun 1814 dan diamandemen tahun 1848,
1872, dan 1922 menurut perkembangan wilayahHindia-Belanda, hingga 1942 ketika
Jepang datang menyerbu dalam Perang Dunia II.
Dalam masa ini, terjadi pemberontakan besar di Jawa dan
Sumatera, yang terkenal dengan Perang Diponegoro atau Perang Jawa, pada tahun
1825-1830, dan Perang Padri (1821-1837), dan perang-perang lainnya. Setelah
tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa
Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam
hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu,
seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara.
Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang
Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah
dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut
Politik Etis (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang
lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan
politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda
memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda,
dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
Gerakan nasionalisme
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang
Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis
berikutnya, Budi Utomo. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I
dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari
kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di
antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena
kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
Perang Dunia II
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh
Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan
ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Britania. Negosiasi dengan Jepang
yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni
1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu.
Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan
revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir
dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pendudukan Jepang
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk
mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat
memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta,
dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi,
tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang
tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami
siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan
kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda
merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan
Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme
perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut
juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah,Malaya, Portugis Timur, dan seluruh
wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman
Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka
dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang
menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Era kemerdekaan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan
untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan
"Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar
melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa
perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung
berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden danMohammad Hatta sebagai Wakil
Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya.
Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen
sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan
pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang
terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah,
Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,Sulawesi, Maluku
(termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.
Kesimpulan dan Analisis
Pembentukan suku bangsa dan negara tidak terjadi begitu
saja, ada proses serta tahapan-tahapan yang harus dilalui dan ini memerluka waktu yang lama. Didalam materi
Pembentukan suku bangsa dan negara ini kami mengambil contoh asal-usul
munculnya keberagaman suku bangsa Indonesia serta perjalanan sejarah bangsa
Indonesia.
pengertian negara itu sendiri
adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu wilayah
tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat
lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu
berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara
diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada
wilayah tempat negara itu berada.
Berdasarkan fakta sejarah yang ada
terbentuknya negara Indonesia itu karena Pengumuman (Proklamasi) Hal ini terjadi karena suatu daerah
yang pernah menjadi daerah jajahan ditinggalkan
begitu saja. Sehingga penduduk daerah tersebut bisa mengumumkan kemerdekaannya.
Sedangkan bila ditinjau dari teori
terbentuknya negara, menurut kami negara Indonesia terbentuk atas kehendak
Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam teori terbentukna negara hal ini masuk
kedalam teori yang bersifat spekulatif yaitu Teori Teokrasi (ketuhanan)
menurut teori ketuhanan, segala sesuatu di dunia ini adanya atas kehendak
Tuhan, sehingga negara pada hakekatnya ada atas kehendakNya. Penganut teori ini
adalah Fiedrich Julius Stah, yang
menyatakan bahwa negara tumbuh secara berangsur-angsur melalui proses bertahap
mulai dari keluarga menjadi bangsa dan negara.
Daftar Pustaka
Drs. Ridwan Effendi, M.Ed., Dr. Elly
Malihah, M.Si., Pendidikan
Lingkungan Sosial, budaya dan Teknologi. (2007), Bandung: CV.Yasindo Multi
Aspek.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia
http://file.upi.edu