Saturday, 25 October 2014

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

Pembentukan Suku-Bangsa dan Negara
Oleh 
Nenden Maesaroh 
Pendidikan Sosiologi UPI 2013

Suku-bangsa yang beraneka ragam sebagai pendukung bangsa Indonesia, Pada zaman kolonial Belanda diantaranya disebut sebagai bangsa yang berbeda pengertiannya dengan bangsa primitif. Pengertian bangsa merupakan kelompok masyarakat  yang besar dengan wilayah budaya yang luas, pernah berdaulat sebagai sebuah negara (kerajaan) yang merdeka sehingga disebut sebagai bangsa yang memiiki sejarah.Akibat adanya pengaruh penjajahan menyebabkan mereka terpecah kedalam beberapa kelompok masyarakat dan kebudayaan, di bawah  kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda.
Sedangkan pengertian bangsa Primitif nampaknya lebih menitikberatkan pada masyarakat tertentu yang terbatas jumlah dan wilayahnya, mereka dianggap sebagai bangsa yang tidak memiliki sejarah seperti halnya masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat dan memiliki budaya asli yang belum banyak tercampur dengan budaya lain, kadangkala ahli antropologi Eropa menamakannya masyarakat primitif.

Pengertian Primitif menurut Sasongko (1954: 16-17) :
Primitief berasal dari kata “primus” yang berarti aseli, belum mendapatkan pengaruh-pengaruh dari luar… Tanda-tanda masjarakat primitief ialah terpentjil. Disitu belum ada pemisahan (Differentiatie). Pemetintahan hanja dipegang oleh seorang sadja…. Kadang-kadang orang jang memegang pimpinan pemerintahan ini juga mendjadi pemimpin peperangan…. Tambahnya pula bahwa bangsa yang primitief masih menggantungkan dirinya kepada kekuasaan alam. Semua yang dipergunakan masih merupakan hatsil-hatsil alam…. Masjarakat primitief  sifatnya statisch tidak hanya dynamisch ….

Pengertian masyarakat primitive ini tampaknya terlalu sangat sederhana dan terlalu menonjolkan kekurangan dari mereka. Badan Kesejahteraan Sosial Nasional  pada tahun 1985 dalam Garna (1992:95) menyebutkan bahwa masyarakat demikian disebut sebagai masyarakat terasing yang diartikan sebagai berikut.
Masyarakat yang kondisi kehidupan dan penghidupannya masih sangat sederhana dan terbelakang, baik oleh karena tempat tinggalnya yang sederhana, tersebar dan terasing, karena isolasi fisik dan sosial budaya dan belum terjangkau oleh pelayanan pembangunan.

Pengertian masyarakat terasing sama halnya dengan pengertian masyarakat primitive yang menganggap mereka sebagai masyarakat terbelakang, padahal seiring dengan perkembangan zaman, mereka pun turut mengalami perubahan, hanya saja perubahan yang dialaminya tidak secepat masyarakat lain, karena perubahan yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan hidup mereka.

Pengertian suku-bangsa berkembang lebih cocok dibandingkan dengan pengertian terdahulu, karena pengertian ini sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa setiap masyarakat mengalami perubahan, hanya saja perubahan yang dilakukan suku-bangsa berkembang tidak secepat masyarakat yang lain karena kuatnya ikatan adat dan sikap tradisional yang mereka miliki, sehingga setiap perubahan yang terjadi dikhawatirkan dapat mengganggu tatanan hidup yang telah berjalan dan dapat mengakibatkan kerugian bagi kehidupan mereka.
Pengertian masyarakat terasing nampaknya sekarangpun sudah tidak cocok lagi maka diperbaharui menjadi komunitas adat terpencil.
Pengertian yang lebih luas dari suku bangsa berkembang adalah suku bangsa  yaitu : Kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lai berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa.

Untuk mengetahui keberadaan suku bangsa menurut Narroll dalam Barth (1998:11) menganggap suku bangsa sebagai suatu populasi, yaitu :
1.Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan,
2.Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya;
3.membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan
4.menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dengan kelompok populasi lain.

Sebelum terbentuknya suku bangsa terlebih dahulu diawali dengan pembentukan kelompok kecil (bands) kemudian komunitas. Hal ini mengacu kepada pembentukan suku-bangsa di Indonesia yang semuanya meyakini bahwa penduduk Indonesia berasal dari Utara. Pandangan itu apabila ditelusuri pada setiap suku-bangsa di Indonesia terdapat persamaan-persamaan beberapa  kata yang artinya pun sama. Begitu pula dalam adat kebiasaan mereka memiliki persamaan. Hali ini menunjukan bahwa mereka berasal dari sumber yang sama.

Pembentukan Negara

Pembentukan Negara dimulai dari perkembangan kelompok masyarakat (bands) yang akhirnya menjadi bangsa yang berada di bawah naungan suatu Negara.Pembentukan Negara dan bangsa yang didasari dari perkembangan komunitas suku-bangsa yang semakin meluas dan melebar wilayahnya, sehingga menjadi kerajaan-kerajaan kecil, kemudian kerajaan tersebut menaklukkan komunitas-komunitas suku bangsa atau kerajaan lain untuk memperbesar wilayah kerajaan bersangkutan.Hal ini terjadi pada kehidupan bangsa Indonesia sebelum datangnya pengaruh kebudayaan India melalui melalui agama Hindu dan Budha.

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa danSumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.

Nusantara pada periode prasejarah

Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali ditemukan di Sangiran
Secara geologi, wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebutNusantara) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis) di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga masa Zaman Es terakhir.
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 60 000 sampai 70 000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.Mereka, yang berfenotipe kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa danFilipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik.
 Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktik-praktik megalitikum, serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan perniagaan.

Era pra kolonial

Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra atau Swarna dwipa sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke-5, yaitu: Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam,Kalimantan. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut.
Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).

Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam

Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada KhalifahUmar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganutBudha.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.

Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada parapedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kerajaan Iha, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.

Era kolonial

Kolonisasi Portugis dan Spanyol

Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tejo yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.

Kolonisasi VOC

Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.

Kolonisasi pemerintah Belanda

Era Napoleon (1800-1811)

Setelah VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) jatuh bangkrut dan dibubarkan pada akhir abad ke-18, tepatnya adalah pada tahun 1 Januari 1800 dan setelah Belanda kalah Perang Eropa dan dikuasai Perancis, maka Hindia-Belanda jatuh ke tangan Perancis, walaupun secara pemerintahan masih di bawah negara kesatuan Republik Belanda (hingga 1806), kemudian dilanjutkan Kerajaan Hollandia (hingga 1810). Sejak saat itu dimulailah perang perebutan kekuasaan antara Perancis (Belanda) dan Britania Raya, yang ditandai dengan peralihan kekuasaan beberapa wilayah Hindia-Belanda dan perjanjian, antara lain Persetujuan Amiens hingga Kapitulasi Tuntang.
Dalam masa ini Hindia-Belanda berturut-turut diperintah oleh Gubernur Jenderal Overstraten, Wiese, Daendels, dan yang terakhir adalah Janssens. Pada masa Daendels dibangunlah Jalan Raya Pos (jalur Pantura sekarang), kemudian meluaskan daerah jajahan hingga ke Lampung, namun kehilangan Ambon, Ternate dan Tidore yang direbut Britania. Tahun 1810 ketika Perancis menganeksasi Belanda, maka bendera Perancis dikibarkan di Batavia, dan Daendels kembali ke Eropa untuk berperang di bawah Napoleon. Janssens, penggantinya, tidak memerintah lama, karena Britania di bawah Lord Minto datang dan merebut Jawa dari Belanda-Perancis.


Interregnum Britania (1811-1816)

Setelah Britania menguasai Jawa, pemerintahan beralih sementara dari Belanda ke Britania, hingga akhir perang Napoleon pada 1816 ketika Britania harus mengembalikan Hindia-Belanda kepada Kerajaan Belanda. Lord Minto menjadi Gubernur Jenderal pertama yang bermarkas di India, sedangkan Raffles diangkat menjadi Letnan Gubernur yang memimpin Jawa. Raffles kemudian membenahi pemerintahan di Jawa sesuai sistem pemerintahan Britania.
Salah satu penemuan penting pada pemerintahan Raffles adalah penemuan kembali Candi Borobudur, salah satu candi Buddha terbesar di dunia, dan Gunung Tambora di Sumbawa meletus, dengan korban langsung dan tidak langsung mencapai puluhan ribu jiwa

Pemerintahan Kerajaan Belanda (sejak 1816)

Setelah Kongres Wina mengakhiri Perang Napoleon dan mengembalikan Jawa ke Belanda, sejak 16 Agustus 1816 pemerintah Kerajaan Belanda berkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah Hindia-Belanda yang tertulis dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun 1814 dan diamandemen tahun 1848, 1872, dan 1922 menurut perkembangan wilayahHindia-Belanda, hingga 1942 ketika Jepang datang menyerbu dalam Perang Dunia II.

Dalam masa ini, terjadi pemberontakan besar di Jawa dan Sumatera, yang terkenal dengan Perang Diponegoro atau Perang Jawa, pada tahun 1825-1830, dan Perang Padri (1821-1837), dan perang-perang lainnya. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Politik Etis (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.

Gerakan nasionalisme

Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi Utomo. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.

Perang Dunia II

Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.

Pendudukan Jepang

Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah,Malaya, Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.

Era kemerdekaan

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden danMohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.

Kesimpulan dan Analisis

Pembentukan suku bangsa dan negara tidak terjadi begitu saja, ada proses serta tahapan-tahapan yang harus dilalui dan ini  memerluka waktu yang lama. Didalam materi Pembentukan suku bangsa dan negara ini kami mengambil contoh asal-usul munculnya keberagaman suku bangsa Indonesia serta perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
pengertian negara itu sendiri adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.
Berdasarkan fakta sejarah yang ada terbentuknya negara Indonesia itu karena Pengumuman (Proklamasi) Hal ini terjadi karena suatu daerah yang pernah menjadi daerah jajahan ditinggalkan begitu saja. Sehingga penduduk daerah tersebut bisa mengumumkan kemerdekaannya.

Sedangkan bila ditinjau dari teori terbentuknya negara, menurut kami negara Indonesia terbentuk atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam teori terbentukna negara hal ini masuk kedalam teori yang bersifat spekulatif yaitu Teori Teokrasi (ketuhanan) menurut teori ketuhanan, segala sesuatu di dunia ini adanya atas kehendak Tuhan, sehingga negara pada hakekatnya ada atas kehendakNya. Penganut teori ini adalah Fiedrich Julius Stah,  yang menyatakan bahwa negara tumbuh secara berangsur-angsur melalui proses bertahap mulai dari keluarga menjadi bangsa dan negara.


Daftar Pustaka

Drs. Ridwan Effendi, M.Ed., Dr. Elly Malihah, M.Si., Pendidikan Lingkungan Sosial, budaya dan Teknologi. (2007), Bandung: CV.Yasindo Multi Aspek.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia
http://file.upi.edu


Friday, 10 October 2014

Sering Aku tak dapat menyelesaikan bait-bait yang membingkaimu didalamnya, tapi tidak dengan bait ini. Kuselesaikan untukmu

Aku rindu sosokmu Ayah, ... 
kau yang selalu menungguku pulang
kau yang terlalu mengkhawatirkan kami, anak-anakmu
kata-katamu ... bahkan lebih bawel dari ibu, setidaknya begitu menurutku
kau yang selalu memberi uang saku lebih, Aku rindu padamu :'D
Ah Ayah, benarkah kau telah pergi?
jawabannya telah lama kusadari,
saat itu, saat Aku lupa rasanya menjadi seorang anak perempuan yang dimanja ayahnya
saat itu, saat Aku melihat seorang gadis kecil dengan riang dituntun Ayahnya
saat mereka tertawa lepas, berbagi cerita 
hei ! Aku pernah seperti itu !
Aku pernah sebahagia gadis kecil itu !
menatap lama pemandangan seperti itu, membuatku beku 
kuputuskan untuk berlalu melewatinya
berjalan, menunduk..
atau terkadang menatap lurus namun hampa
mencoba memutar kenangan masa lalu kita 
setiap langkah terbayang senyummu,
setiap langkah terbayang marahmu
setiap langkah terbayang  lahapnya santapmu saat makan
setiap langkah terbayang wajahmu yang lelap tertidur
setiap langkah aku berusaha menahan agar tangisku tak pecah
atau setidaknya jangan ada air mata yang menetes 
jangan sekarang, jangan disini.. bisikku
tapi Ayah, kadang hujan menyelematkanku
menyembunyikan air mataku yang tak lagi tertahan,
seperti hari kemarin
hujan di senja hari, teramat mendung semendung Aku yang sekarang membingkaimu dalam sajak
ah tidak,
jangan bersedih
jika aku menangis saat Aku menulis, itu karena hatiku ada dalam tulisan itu 
ia hadir menumpahkan rindu lewat rangkaian kata dan air mata membenarkan segalanya yang tertuang disana
Aku bahagia, menemukan jalan untuk 'berkisah' denganmu Ayah,
lewat tulisan, menulis adalah jembatan kita... aku 'berbicara' padamu 
dan engkau ... abadilah selalu dalam caraku mengeja makna kehadiranmu yang sesaat namun kuat terpahat padaku ... pada rupaku ... pada sifatku ... engkau nyata adalah bagian tak terpisahkan dari diriku,
terimakasih... ayah.. 
Aku benar-benar bahagia menjadi anakmu, sungguh
Aku tak marah karena kepergianmu, Allah maha mengetahui yang terbaik 
Aku berjanji akan tumbuh dewasa dalam hal apapun SAMA seperti mereka, 
karena Aku juga memiliki ayah, tak pernah kehilangan ayah  :) 
entah ini sajak yang ke berapa, tapi ...
selalu, setiap kali Aku menulis tentangmu
air mata berlomba menghalangi fokusku pada layar monitor
mereka menetes diantara huruf -huruf keyboard 
dan Aku.. terisak.. lagi
membuat gulungan tisu berserakan
*sekali lagi, jangan bersedih
jika aku menangis saat Aku menulis, itu karena hatiku ada dalam tulisan itu 
ia hadir menumpahkan rindu lewat rangkaian kata dan air mata membenarkan segalanya yang tertuang disana

salam rindu untukmu Ayah, 
({})