Tugas
Analisis Artikel, Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosial
Oleh : Nenden Maesaroh
1307555 Pendidikan Sosiologi UPI
Artikel
1
Landung Simatupang Pentaskan Pangeran Diponegoro di
Empat Lokasi
Harianjogja.com, JOGJA—Landung Simatupang aktor sekaligus
pemain teater terkemuka Jogja akan
mementaskan pembacaan dramatik (dramating reading) tentang Pangeran Diponegoro.
Landung akan menggelar pementasan di empat situs yang pernah
disinggahi Diponegoro saat berjuang melawan penjajah Belanda.
“Perjuangan Diponegoro perlu diapresiasi, terutama untuk
disampaikan kepada generasi muda,” kata Landung Simatupang kepada sejumlah awak
media di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Jl. Suroto, Kotabaru, Jumat
(22/11/2013).
Dalam pementasan tersebut, Landung mengacu pada buku Babad
Diponegoro (1831-1832) dan sejumlah buku tertulis lainnya, salah satunya Kuasa
Ramalan yang ditulis oleh novelis Inggris Peter Carey (2012).
Landung menyusun ulang buku-buku tersebut dalam sebuah
sebuah makna yang kemudian diangkat dalam seni pertunjukan.
“Buku-buku itu tidak mungkin saya baca satu persatu di
hadapan penonton. Saya mengambil kisah heroik Pangeran Diponegoro yang penting
untuk disampaikan kepada publik,” bebernya.
Karena itu, empat situs yang akan dijadikan sebagai lokasi
pembacaan dramatik akan berbeda kisahnya dan tidak akan sama bahannya. Di
setiap situs akan dipilih momen sejarah paling kritis yang pernah terjadi di
situs tersebut.
Pergelaran dramatik reading Pangeran Diponegoro untuk
pertama kalinya berlangsung di Gedung Bakorwil II (Pendapa Diponegoro) sebelah
barat Alun-alun Kota Magelang, Minggu (24/11/2013) malam dengan mementaskan
naskah berjudul Pertemuan Diponegoro-Jendral De Kock.
Gedung Bakorwil II yang sekarang ini kerap digunakan untuk
pesta pernikahan maupun pentas musik, kata Landung, dahulu merupakan tempat
awal Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda.
“Waktu itu ceritanya habis lebaran Pangeran Diponegoro
hendak bersilaturahmi dengan Belanda. Tapi Belanda ternyata justru
menangkapnya,” bebernya.
Sesuai dengan peristiwa yang terjadi kala itu, pementasan
Pertemuan Diponegoro-Jendral De Kock, lebih menitikberatkan pada detik-detik
penangkapan Pangeran Diponegoro.
Setelah menggelar pentas dramatic reading di Magelang,
Landung yang bekerjasama dengan Bentara Budaya akan melanjutkan pentas di
Tegalrejo (Jogja), Museum Fatahillah (Jakarta), dan Benteng Rotterdam di
Makkasar.
Landung mengakui selama proses penggarapan itu terutama saat
latihan dia acap merinding saat berlatih membaca naskah dialog.
“Saya terkadang hampir menetaskan air mata. Bagi saya ini
pertanda kalau Pangeran Diponegoro terharu dan senang kisahnya disampaikan
kepada publik,” beber aktor berusia 58 tahun itu.
ARTIKEL 2
Pentas
Dramatic Reading "Sang Pangeran Di Keresidenan" Landung Simatupang di
Gedung Residen Magelang
Jogjanews.com - Landung Simatupang memulai
empat pementasan pembacaan drama (dramatic reading) kisah Pangeran Diponegoro
di Gedung Residen Jenderal Markus de Kock yang kini menjadi Gedung
Bakorwil II Magelang (Pendopo Diponegoro) pada Minggu (24/11).
Dramatic reading “Sang Pangeran Di Karesidenen” yang
dilakukan Landung Simatupang bersumber dari jilid II buku Kuasa Ramalan karya
Peter Carey berjudul Derita yang Tak Terpikul”.
Selain itu Landung Simatupang mempelajari sumber Babad
Diponegoro untuk membuat naskah dramatic reading yang akan ia pentaskan secara
berseri mulai dari Magelang, Yogyakarta, Jakarta dan terakhir di
Makassar.Dengan mengenakan pakaian Jawa dengan balutan baju menyerupai jubah
warna hitam, Landung Simatupang menghadirkan pembacaan drama yang menawan
dihadapan ratusan penonton.
Di dukung artistik performance dari Teater Gadjah Mada,
dan artistik panggung yang menyesuaikan tema pembacaan drama ini berupa slide
show dengan gambar Pangeran Diponegoro dan peta pulau Jawa, pementasan
berlangsung sangat hidup, mampu membawa penonton kembali pada masa peristiwa
itu terjadi.
Pentas dramatic reading “Sang Pangeran Di
Keresidenan”fokus pada penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Gubernur Jenderal
Markus de Kock di Gedung Residen ketika Pangeran Diponegoro mendatangi Jenderal
de Kock untuk halal bi halal usai bulan puasa.
Sebelum ditangkap, Pangeran Diponegoro terlibat
perdebatan sengit dengan Markus de Kock mengenai penyelesaian konflik Belanda
dan masyarakat Jawa. Pangeran Diponegoro juga merasa dicurangi de Kock terkait
penangkapan ini karena ia datang ke Residen Magelang ini untuk berhalal-bihalal
selepas bulan puasa.
“ Pangeran Diponegoro dan Jenderal Markus de Kock ini
sebenarnya sahabat. Sebelum peristiwa itu, mereka sama-sama ditinggal
istrinya,” kata Landung Simatupang saat temu media di Jogja sebelum pementasan.
Ditemui usai pementasan, Landung mengaku pementasan ini
sangat terinspirasi dari otobigorafi sang Pangeran yang ditulis pada Babad
Diponegoro. Terutama tentang sisi kemanusiaan dimana Pangeran Diponegoro berani
berontak melawan Belanda karena melihat rakyat yang menderita.
Dalam Babad Diponegoro yang ditulis sendiri oleh Pangeran
Diponegoro tertulis bahwa Belanda telah melakukan pengkhianatan yang belum
pernah ada taranya. Namun bagi Diponegoro, lebih baik ia berserah diri pada
takdir (tan karuwan ingkang cidra, angur sun sumendhe takdir).
“Beliau memberontak bukan karena misi kekuasaan,melainkan
melihat rakyat semakin sengsara. Ia memiliki tekad kuat untuk terus berjuang
meski ia sendiri diramal sang leluhur akan gagal dalam perjuangannya atau
diistilahkan apes,” terang Landung
Pergelaran “Sang Pangeran di Keresidenan” yang dilakukan
Landung Simatupang mewujudkan upaya menyegarkan ingatan bersama nilai-nilai
historis warisan fisik yang sepatutnya dirawat lebih serius demi tanggung jawab
terhadap generasi masa datang.
“Babad ini tidak akan ada artinya tanpa dipelajari
isi dan maknanya. Jangan mau kalah dari orang luar negeri yang getol meneliti
babad bersejarah ini. Maka dari itu, mari kita semangat meneladani sang
Pangeran dengan mempelajari babad yang ditulisnya sendiri ini,” ajak Landung
Simatupang.
ANALISIS ARTIKEL
A.Studi Literatur
1.Ilmu Sejarah
1.secara Etimologi
Kata sejarah
secara harafiah berasal dari kata Arab
(شجرة: šajaratun) yang artinya pohon.
Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ ). Adapun kata tarikh
dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan.
Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti
ilmu atau orang pandai.Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history,
yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte
yang berarti sudah terjadi.
Dalam istilah
bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur
bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang
mengakui bahwa istilah sejarah berasal-muasal,dalam bahasa Yunani historia. Dalam bahasa Inggris dikenal
dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi,
dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.
Menilik pada makna
secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa
pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa.Oleh karena itu
masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan
cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi.
2.Definisi
sejarah
.Sejarah, babad, hikayat, riwayat,
atau tambo dalam bahasa
Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang
benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah.
Istilah Sejarah berasal
dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon.Penggunaan kata tersebut
dalam konteks masa lalu mengacu pada pohon silsilah.Dalam hal ini arti sejarah
itu hanya mengacu pada masalah asal usul atau keturunan seseorang.Kata Sejarah yang lebih dekat dengan
pengertian, terkandung dalam bahasa Yunani yaitu Historia yang berarti Ilmu
atau Orang pandai.Sedangkan dalam bahasa Inggris, History yaitu masa lampau
umat manusia dan dalam bahasa Jerman, Geschichte yaitu sesuatu yang telah
terjadi.
3.Pengertian sejarah menurut para ahli
(1) Menurut "Bapak Sejarah" Herodotus, Sejarah ialah satu kajian
untuk menceritakansuatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat
dan peradaban.
(2)Ibnu Khaldun, mendefinisikan sejarah
sebagai catatatan umat manusia atau peradapan dunia dan tentang
perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu.
(3) Aristoteles, menyatakan bahwa sejarah adalah suatu system yang meneliti suatu kejadian dalam bentuk kronologi dan semua pristiwa masa lalu mempunyai catatan dan bukti-bukti yang kuat.
(4) JV. Briche, sejarah adalah: “It is the record of what man has thought, said and done“. (sejarah adalah rekaman/catatan mengenai apa yang telah difikirkan,dikatakan dan dilakukan oleh manusia)
(5) Patrick Gardiner, mengatakan : “History is the study of what human beings have done“. (sejarah adalah ilmu tentang apa yang telah dilakukan oleh manusia)
(6) Taufik Abdullah, mendefinisikan sejarah adalah kejadian masa lampau dan cerita tentang kejadian itu.
(7) Moh. Yamin, mengatakan bahwa: sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwayang dapat dibuktikan dengan kenyataan.
(8) Koentowidjojo: Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu tentang apa yang dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami manusia.
(9)
Sartono Kartidirdjo: Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang
pengalaman kolektif di masa lampau.
(10) Mohammad Ali: Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau.
.:. Dari beberapa uraian di atas dibuat kesimpulan bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan
yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa
lampau dalam kehidupan umat manusia.Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah
merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik, dan penting.
a. Pristiwa tersebut hanya terjadi 1
kali (unik). Artinya peristawa tersebut tidak akan terulang dan hanya terjadi
pada zaman, tempat, atau orang yang sama.
b. Peristiwa tersebut penting dan besar pengaruhnya.
c. Peristiwa tersebut abadi. Artinya peristiwa tersebut tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa.
b. Peristiwa tersebut penting dan besar pengaruhnya.
c. Peristiwa tersebut abadi. Artinya peristiwa tersebut tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa.
4.Klasifikasi
Karena
lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan
penelitian. Bila beberapa penulis seperti H.G. Wells, Will Durant,
dan Ariel Durantmenulis sejarah dalam lingkup umum,
kebanyakan sejarawan memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing.
Ada banyak
cara untuk memilah informasi dalam sejarah, antara lain:
- Berdasarkan kurun waktu
(kronologis).
- Berdasarkan wilayah
(geografis).
- Berdasarkan negara (nasional).
- Berdasarkan kelompok suku
bangsa (etnis).
- Berdasarkan topik atau pokok
bahasan (topikal).
Dalam
pemilahan tersebut, harus diperhatikan bagaimana cara penulisannya seperti
melihat batasan-batasan temporal dan spasial tema itu sendiri. Jika hal
tersebut tidak dijelaskan, maka sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam
falsafah ilmu lain, misalnya sosiologi. Inilah sebabnya Immanuel Kant yang disebut-sebut sebagai Bapak
Sosiologi mengejek sejarah sebagai "penata batu-bata" dari
fakta-fakta sosiologis.
Banyak
orang yang mengkritik ilmu sejarah. Para pengkritik tersebut melihat sejarah
sebagai sesuatu yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi faktor-faktor keilmuan,
terutama faktor "dapat dilihat atau dicoba kembali", artinya sejarah
hanya dipandang sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai ilmu. Sebenarnya, pendapat ini kurang bisa diterima akal sehat
karena sejarah mustahil dapat diulang walau bagaimana pun caranya karena
sejarah hanya terjadi sekali untuk selama-lamanya.Walau mendapat tantangan
sedemikian itu, ilmu sejarah terus berkembang dan menunjukkan keeksisannya
dalam tataran ilmu.
5. Sejarah
Sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu dan Seni
a)
Sejarah sebagai peristiwa berarti bahwa
kejadian itu pernah ada dan benar-benar terjadi serta bisa dibuktikan secara
ilmiah.
b)
Sejarah sebagai Kisah, selain peristiwa
itu ada, juga bisa dikisahkan atau bisa diceritakan kembali.
c) Sejarah
sebagai ilmu bahwa sejarah merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun
secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan
kebenaran mengenai peristiwa masa lampau dan menggunakan metode analitis yaitu
hasilnya harus dapat diverifikasi dan dapat disetujui atau ditolak oleh para
ahli.
Sejarah sebagai ilmu
juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Empiris,
yang artinya berdasarkan pengalaman
2. Memiliki
objek, yang artinya sejarah harus memiliki tujuan dan objek materiil atau
sasaran yang jelas. objek kajian
sejarah ialah kejadian-kejadian di masa lalu yang merupakan sebab akibat.
3. Memiliki
Teori, artinya sejarah juga sama seperti ilmu-ilmu lain yang mempunyai teori
yang berisi kumpulan kaidah-kaidah pokok suatu ilmu.
4. adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti
sejarah.
Metode,
merupakan suatu system untuk menggarap sumber atau data
sejarah,
mulai dari penelitian sampai penulisan.
5.kisah sejarah tersusun secara sistematis dan kronologis;
6. kebenaran
fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secararasional dan kritik
(penilaian) yang sistematis.
7.fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat masa
lampau dengan cara yang berbeda. Kebenaran hanya "milik" peristiwa
ini sendiri. Namun kebenaran fauna adalah juga objektif, maksudnya kebenaran
harus diakui oleh intersubjektivitas atau diakui oleh banyak sejarawan dan
masyarakat luas.
d)
Sejarah sebagai seni mengandung arti
bahwa dalam penyajian dari hasil penyelidikan itu disusun dalam suatu rangka
tertentu sehingga dapat menarik perhatian orang dan dapat mempengaruhi sikap
jiwanya.
Ciri-ciri
sejarah sebagai seni :
a.
Intuisi, yaitu pemahaman langsung dan
insting selama masa penelitian langsung.
b.
Imajinasi, yaitu dengan imajinasi sejarawan
akan bisa membayangkan apa yang sebenarnya terjadi atau apa yang sedang
terjadi.
c.
Emosi, sejarawan dituntut
menumbuhkan rasa emosionalnya untuk menumbuhkan rasa empati dan menyatakan
perasaan dengan objeknya.
d.
Gaya Bahasa, sejawan juga dituntut
menggunakan gaya bahasa yang baik dalam penulisan sejarah.
6.Periodeisasi dan
Kronologi Dalam Sejarah
a) Periodeisasi Sejarah
Sejarah merupakan
sebuah proses perjalanan waktu yang sangat luas dan panjang areanya .dalam rentang
waktu itulah sejarah melewati ratusan bahkan ribuan tahun dengan melibatkan
perubahan dalam kehidupan manusia yang sangat banyak . mengkaji semua peristiwa
sejarah yang luas dan panjang secara rinci sangatlah susah, untuk itulah maka
digunakan pemisahan yang biasanya didasarkan pada momentum tertentu.Suatu
momentum yang dapat memberikan petunjuk adanya karakteristik dari suatu kurun
waktu yang satu berbeda dengan kurun waktu lainnya . hal itulah yang dinamakan
dengan periodisasi sejarah. Contoh periodisasi sejarah dalam masyarakat
tradisional biasanya di dasarkan pada kurun waktu kekuasaan raja.
Secara umum periodisasi sejarah Indonesia dikelompokan menjadi beberapa jaman yaitu :
1.prasejarah (jaman batau dan jaman logam )-masuk dan berkembangnya pengaruh budaya India-masuk berkembangnya islam
2.jaman colonial
3.jaman pendudukan jepang-revolusi kemerdekaan
4.masa orde lama
5.masa orde baru-masa reformasiTujuan di buatnya periodisasi bukan berarti memutuskan peristiwa yang satu dengan yang lainnya , karena dalam sejarah aspek kesinambungan dan kontinuitas merupakan suatu hal yang pokok.
b) kronologi sejarah
Karena kompleksnya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia pada setiap kurun waktu , maka peristiwa –peristiawa tersebut terlebih dahulu harus dikelompokan berdasarkan bentuk atau jenis tertentu (periodisasi) . setelah itu barulah disusun secara kronologis (berdasarkan urutan waktu kejadian ).Tujuan dibuatnya kronologi dalam sejarah adalah agar penyusunan berbagai peristiwa sejarah dalam periodisasi tertentu tidak tumpang tindih atau rancu dengan metode lainnya . kronologi sejarah berarti sesuai dengan urutan waktu kejadian dari peristiwa sejarah tersebut , sehingga tidak berlangsung secara loncat-loncat.
4. Kegunaan Sejarah
Dalam Kehidupan Masyarakat
Secara sederhana, Louis
Gotschalk membagi kegunaan sejarah dalam 4 bagian yaitu:
1.
Rekreatif,
artinya dengan membaca atau mempelajari sejarah, kita seolah-olah dibawa
berpetualang menembus dimensi ruang dan waktu. Tanpa beranjak dari tempat, kita
dibawa oleh sejarah untuk menyaksikan peristiwa-peristiwa yang jauh dari kita
yang mungkin saja kita tidak tahu tempatnya atau kita tidak pernah ikut
menyaksikan kejadian tersebut.
2.
Inspiratif,
dalam hal ini suatu karya sejarah dapat memberikan inspirasi kepada para
pembacanya atau yang mempelajarinya.
3.
Instruktif,
bermaksud memberikan pelajaran mengenai suatu keterampilan atau pengetahuan
(pengajaran) tertentu misalnya pengetahuan tentang taktik perang.
4.
Edukatif,
berguna untuk mendapatkan kearifan dari masa lampau untuk melangkah ke masa
depan. Contoh adanya slogan “jangan sekali-kali melupakan sejarah”.
Menurut Travelyan belajar sejarah
mempunyai 3 kegunaan antara lain:
a. Ilmiah yaitu berupa pengumpulan fakta dan penyaringan bukti.
b. Imajinatif yaitu menyeleksi dan mengkategorikan fakta yang telah dikumpulkan dan mengambil satu kesimpulan
c. Sastra yaitu penyajian hasil ilmu dan daya angan dalam bentuk yang menarik.
a. Ilmiah yaitu berupa pengumpulan fakta dan penyaringan bukti.
b. Imajinatif yaitu menyeleksi dan mengkategorikan fakta yang telah dikumpulkan dan mengambil satu kesimpulan
c. Sastra yaitu penyajian hasil ilmu dan daya angan dalam bentuk yang menarik.
DIPONEGORO
DALAM PERTUNJUKAN LANDUNG
1.Pangeran Diponegoro
Diponegoro
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Pangeran Dipanegara ,juga sering
dieja Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal
di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69
tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik
Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830)
melawan pemerintah Hindia-Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang
dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia.
Perang
Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang
patok di tanah milik Dipanegara di desa Tegalrejo.
Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak
menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan
pembebanan pajak.
Sikap Dipanegara yang menentang
Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Dipanegara
menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa
Selarong. Saat itu, Dipanegara menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan
menghadapi kaum kafir.
Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Dipanegara membawa pengaruh
luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan
pasukan Dipanegara di Goa Selarong.Perjuangan Pangeran Dipanegara ini didukung
oleh S.I.S.K.S. Pakubuwono VI dan Raden Tumenggung Prawirodigdaya Bupati
Gagatan.
Pada puncak peperangan, Belanda
mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu; suatu hal yang belum pernah
terjadi ketika itu dimana suatu wilayah yang tidak terlalu luas seperti Jawa
Tengah dan sebagian Jawa timur dijaga oleh puluhan ribu serdadu. Dari sudut
kemiliteran, ini adalah perang pertama yang melibatkan semua metode yang
dikenal dalam sebuah perang modern. Baik metode perang terbuka (open warfare),
maupun metoda perang gerilya (geurilia warfare) yang dilaksanakan melalui
taktik hit and run dan penghadangan. ini bukan sebuah tribal war atau perang
suku. Tapi suatu perang modern yang memanfaatkan berbagai siasat yang saat itu
belum pernah dipraktekkan. perang ini juga dilengkapi dengan taktik perang urat
syaraf (psy-war) melalui insinuasi dan tekanan-tekanan serta provokasi oleh
pihak Belanda terhadap mereka yang terlibat langsung dalam pertempuran; dan
kegiatan telik sandi (spionase) dimana kedua belah pihak saling memata-matai
dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya.
Selama perang ini kerugian pihak
Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.
Berbagai cara terus diupayakan
Belanda untuk menangkap Dipanegara. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah
50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Dipanegara.
Pada tahun 1827, Belanda
melakukan penyerangan terhadap Dipanegara dengan menggunakan sistem benteng
sehingga Pasukan Dipanegara terjepit. Pada tahun 1829, Kyai Maja, pemimpin
spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan
panglima utamanya Sentot Alibasya menyerah kepada Belanda. Akhirnya pada
tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Dipanegara di
Magelang. Di sana, Pangeran Dipanegara menyatakan bersedia menyerahkan diri
dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Dipanegara
ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga
wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Perang melawan penjajah lalu dilanjutkan oleh para putera Pangeran
Diponegoro. Pangeran Alip atau Ki Sodewo atau bagus Singlon, Diponingrat, diponegoro
Anom, Pangeran Joned terus melakukan perlawanan walaupun harus berakhir tragis.
Empat Putera Pangeran Diponegoro dibuang ke Ambon, sementara Pangeran Joned
terbunuh dalam peperangan, begitu juga Ki Sodewo.Berakhirnya Perang Jawa yang merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini banyak memakan korban dipihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa. Sehingga setelah perang ini jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya. Mengingat bagi sebagian orang Kraton Yogyakarta Dipanegara dianggap pemberontak, sehingga konon anak cucunya tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton, sampai kemudian Sri Sultan HB IX memberi amnesti bagi keturunan Dipanegara, dengan mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Dipanegara kala itu. Kini anak cucu Dipanegara dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus Silsilah bagi mereka, tanpa rasa takut akan diusir.
http://id.wikipedia.org/wiki/Diponegoro#
2.Landung Simatupang
Nama :
Yohanes Rusyanto Landung Laksono Simatuandung Simatupang
Lahir :
Yogyakarta,
25 November 1951
Pendidikan :
Fakultas Sastra Inggris
Universitas Gadjah Mada
Penghargaan :
Juara I Putra Lomba Deklamasi se-Yogyakarta
(1971),
Juara I Penulisan Puisi se-Yogyakarta (1979),
Juara III
Sayembara Penulisan Drama Bakom PKB DKI Jakarta (1981)
Filmografi :
Sang Pemimpi (2009),
Rindu Purnama (2010),
Cewek saweran (2011),
Sang Penari (2011),
Ambilkan Bulanbu (2012),
Optatissimus (2013),
Jokowi (2013)
Karya Buku :
Buku Kumpulan Puisi Asap dan Angin (1986),
Buku Kumpulan Puisi Sambil Jalan (1999)
Landung adalah seorang aktor dan
sutradara teater yang berdomisili di Yogyakarta. Sejak lama alumnus Jurusan
Inggris Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada ini mengembangkan kegiatannya
dari sana. Pada awalnya ia tergabung dalam Teater Gadjah Mada, kemudian STEMKA,
antara tahun 1974 sampai 1988. Dikenal sebagai aktor dan sutradara teater yang
kerap kali berkolaborasi dengan berbagai kelompok teater dan sutradara.
Bersama
Teater STEMKA dalam lakon Hai Yang Di Luar Itu (1972) karya
William Saroyan, menyutradarai Monolog Matinya Seorang Pejuang, A Tribute
to Munir (2004/2005). Bersama Yudi Ahmad Tajuddin, ia menyutradarai Teater
Garasi untuk pementasan End Game karya Samuel Beckkett, yang
dimainkan berkeliling di Yogyakarta, Bandung, Surabaya, dan Jakarta pada
(1999-2000). Dengan berbagai kelompok Teater, Landung telah menyutradarai dan
memainkan naskah-naskah Indonesia maupun asing, meliputi karya Emanuel Robbies,
Ugo Betti, Arifin C. Noor, Alexander Dumas, Moliere, William Saroyan, Motinggo
Busye, Wisran Hadi, Anton Chekov, Hella S. Haasse, Christopher Fly, Federico
Garcia Lorca, Eugene Lonesco maupun T.S. Eliot. Pengalamannya diperkaya ketika
bekerja bersama Black Swan Theater Company, Perth, Australia Barat, sebagai
aktor dan penerjemah teks (Jawa-Inggris) pada pementasan lakon The Year of
Living Dangerously yang disutradarai Andrew Ross untuk Festival of Perth 1999.
Sebagai
aktor teater, Landung pernah tampil di banyak pementasan dengan peran yang
beragam, misalnya dalam Lautan Bernyanyi
karya Putu Wijaya (1973), Menunggu Godot
karya Samuel Becket (1984), Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira
Ajidarma (2001) dan terakhir tampil dalam pementesan Opera 3 Babak Tan Malaka di Graha Bhakti Budaya, TIM, 22-23 April
2011 lalu.
Kemampuannnya
sebagai aktor dimanfaatkan dengan baik untuik pembacaan cerita pendek, dan
Landung menjadi salah satu pembaca terbaik bidang ini. Diilhami oleh
keberhasilan Chairul Umam membawakan Kimono Biru untuk Istri karya Umar
Kayam, ia menjadi yakin atas kemungkinan pembacaan publik untuk cerpen maupun fragmen novel Dewi Lestari, Ayu Utami,
Seno Gumira Ajidarma, Y.B. Mangunwijaya, Umar Kayam dan Khalil Gibran.
Kemudian, bahkan esai pun digebernya pula, seperti karya-karya Sindhunata.
Untuk semua pembacaan itu, Landung mendapat sambutan yang baik.
Keahliannya
dalam berbahasa Inggris dimanfaatkan sebagai penerjemah, dan mengajar bahasa
Inggris di berbagai sekolah, yang kemudian menggembangkannya pula sebagai
editor dan peneliti. Pernah mengajar di Fakultas Sastra UGM jurusan Inggris dan
menjadi asisten publikasi Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan UGM, asisten
peneliti Lembaga Pengkajian Kebudayaan UGM, dan peneliti Seksi Monitoring
Sosial Yayasan Dian Desa.
Landung
juga tercatat sebagai penyair yang baik, kumpulan puisinya Sambil jalan
diterbitkan Yayasan untuk Indonesia atas bantuan Yayasan Adikarya IKAPI dan
Ford Foundation tahun 1999. Pernah menulis puisi, buku-buku kumpulan puisinya
adalah Asap dan Angin (1986) dan Sambil Jalan (1999) .
B.ARGUMENTASI PRIBADI
Menurut
pandangan saya pribadi apa yang dilakukan oleh Landung patut kita apresiasi.
Niat baiknya menularkan semangat perjuangan pangeran diponegoro kepada
masyarakat terutama kaum generasi muda yang akan memimpin negeri ini di masa
yang akan datang adalah hal yang langka kita temukan di zaman ini,
Perjuangan
Pangeran diponegoro dalam melawan penjajah adalah bentuk rasa cinta terhadap
tanah kelahiran dan rakyatnya dimana ia tidak rela rakyatnya menderita karena
Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi
rakyat dengan pembebanan pajak. Dari sini kita bisa belajar betapa sosok
pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang tidak akan tinggal diam saat
melihat rakyatnya hidup dalam kesulitan dan kesengsaraan.
Sekarang kita adalah Negara yang merdeka tapi
pada hakikatnya ternyata kita masih dijajah oleh Negara asing, berapa banyak
kasus eksploitasi di negeri ini yang
didalangi oleh pihak asing? berapa
banyak sumber daya alam yang dikeruk dan dikuasai oleh bangsa asing ? sehingga
kita bangsa pribumi hanya mendapat sebagian kecil dari keuntungan yang mereka
dapatkan. Ini membuat rakyat Indonesia menjadi ‘kacung’ di negeri sendiri dan
bangsa asing berganti peran dari tamu menjadi seorang ‘tuan’ hal ini terjadi
tidak lain karena campur tangan para pemimpin rakyat yang kita sebut sebagai
pemerintah ikut andil memiskinkan rakyat sendiri, mereka dengan mudahnya
memberikan izin pengeksploitsian sumber
daya alam Indonesia untuk kesejahteraan asing dengan kedok kerjasama, tidak
hanya itu pemerintah juga yang seharusnya menjadi pelayan rakyat dan membawa
rakyat pada kehidupan yang sejahtera dengan mengolah kekayaan negeri sendiri
yang terjadi malah memperkaya diri sendiri dengan melakukan korupsi, Tidak
heran bila saat ini kita melihat rakyat Indonesia hampir sebagian besar jauh dari kata sejahtera dan berada dibawah
garis kemiskinan. Semangat perjuangan Pangeran Diponegoro yang dalam membela
rakyatnya inilah yang harus ada pada diri para pemimpin negeri ini.
Apa
yang dilakukan oleh Landung Simatupang ialah tidak lain untuk mengingatkan para
pemimpin kita saat ini, bukan untuk berperang mengangkat senjata melawan para
penjajah tetapi untuk bekerja sesuai dengan tujuan bangsa ini yaitu
mensejahterakan rakyat, membela kepentingan rakyat bukan kepentingan pribadi.
Pertunjukan Landung
juga mengingatkan kita sebagai generasi penerus bangsa yang dalam suatu kalimat
disebutkan bahwa “Pemuda hari ini adalah pemimpin esok hari” dan Ir.Soekarno berkata "Berikan Aku 10 Pemuda, akan kuguncang dunia" jelas tersirat betapa pemuda atau generasi
penerus bangsa adalah asset yang tak ternilai harganya untuk membangun dan
membawa perubahan dinegeri ini kearah yang lebih baik.
Indonesia butuh para pendidik yang berkarakter,
Indonesia butuh para pengusaha yang cerdas, Indonesia butuh pemimpin yang adil dan berakhlaq. Semangat
perjuangan membela rakyat Pangeran Diponegoro yang hidup jauh dijaman sebelum
kita dan apa yang dilakukan oleh Bapak
Landung Simatupang sebagai seorang seniman sekaligus budayawan yang berkarya
dan menginspirasi banyak orang dengan karyanya
kita dapat mengambil pelajaran
Apapun profesi kita, dimanapun posisi kita, jadilah bagian dari
perubahan bangsa ke arah yang lebih baik agar perjuangan para pahlawan kita di
masa lalu tidak sia-sia memerdekakan bangsa ini (secara fisik) dan sudah
menjadi tugas kita kini untuk memerdekakan diri dari penjajahan moral dan aspek
sosial !
DAFTAR PUSTAKA
v Buku
Wardaya.2009.Cakrawala Sejarah.Jakarta:PusatPerbukuanDepartemen Pendidikan Nasional
v Website