Saturday, 27 December 2014

Aku dan Kamu, Datang dan Pergi

Aku
Tak banyak orang yang mengenalku, ya setidaknya begitu yang Aku rasakan. 
Tak banyak mereka yang benar-benar mengenal kepribadianku.
Ini bukan tentang berapa lama mereka mengenalku
Ini tentang Aku, mau atau tidak menjadikan mereka bagian dari hidupku
sama seperti,
mau atau tidak Aku mengisi kehidupan mereka?
atau
mau tidak, mereka menerimaku?
saat ini, sampai nanti dan nanti
sampai gerbang akhirat dan kita memasuki pintu syurga atau neraka bersama-sama

dan Aku,
Aku mudah dilupakan orang
bila dari awal Aku memang tak igin diingat oleh orang tersebut
mati-matian Aku bertingkah sebiasa mungkin, tak meninggalkan kesan apapun
beda,
bila sejak awal Aku ingin orang itu terus mengenalku
dan berhubungan baik denganku
mati-matian Aku berusaha melakukan yang terbaik pula
berbagi, memberi, saling membuka gerbang kehidupan masing-masing

Nyata,
Orang-orang yang ingin kupertahankan ada di dalam lingkaran hidupku
sampai detik ini mereka hadir dan mengisi hidupku
mengisi hidupku. bukan mampir lalu pergi, bukan.
mereka mengisi hidupku
mereka ada dalam agenda masa depanku
mereka menyeimbangkan Aku

Jujur, Aku tak ingin banyak membuang waktuku yang singkat
Aku dekat, dan hanya bisa dekat dengan orang-orang tertentu
yang Aku izinkan dan mengizinkan aku juga
untuk masuk dan dimasuki hidupnya
oleh kehadiran masing-masing

Aku bisa mengenal semua orang
tapi Aku tak ingin dekat dengan semua orang
Aku takut,
Takut rusak dan takut tak dapat memberi manfaat
eksklusif!
menurutmu begitu?
mungkin iya
dan mungkin semua orang juga begitu
pernah merasakan, kamu tak mau dekat dengan seseorang 
karena kamu tau, dekat dengannya adalah sebuah tekanan bahkan ancaman

atau misal mereka mau Aku hadir dalam kehidupan mereka
bertahan disana,
tapi sikap mereka?
lebih banyak mengatakan hal yang sebaliknya! 
Aku muak.


sejenak,
fikirkan tentang ini
bila hari ini orang yang kamu harapkan tak juga datang
atau pergi tanpa alasan, tanpa bertahan dan mempertahankan
mungkin kamu melakukan kesalahan
atau dia...
memang tak menginginkanmu
atau tak menginginkan dirinya
ada di lingkaran hidupmu
jadi, bertingkahlah sebiasa mungkin 
karena dalam kehidupan 
selalu ada yang datang dan pergi







Saturday, 13 December 2014

Generasi Muda 'Asing'

"Muda foya-foya tua kaya raya" hampir mustahil terjadi bila kita bukan seorang keturunan konglomerat yang hartanya tak akan pernah habis sampai tujuh turunan, nah bagaimana bila kita turunan kedelapan? sudahlah... siapapun kita mari manfaatkan masa muda sebelum datang masa tua, mengisi waktu yang singkat ini dengan karya nyata untuk peradaban yg lebih baik, generasi muda yg bergairah pada hal-hal yang menantang tapi tak bertentangan dengan syariat. saatnya generasi Rabbani Islam bangun dari tidur panjang yang selama ini di nina-bobok kan oleh food, fashion, dan fun yg keliru. Tak akan rugi menjadi seorang generasi muda yang 'asing' yaitu mereka yang rela bersusah payah di masa muda akan menuai manisnya masa tua. sebaliknya, anak muda yg hari ini tak mau bersusah payah menjalani proses hidup merekalah  yg menyatakan diri siap menanggung pedihnya masa tua.

note:
Tulisan ini pernah disertakan dalam lomba UNINIS UKM KI ALQOLAM UPI pada tanggal 14/12/14 
dengan tema : Yang Muda Yang Berkarya

Friday, 12 December 2014

Sandiwara Pena

Selalu ada saat dimana jari-jarimu kaku menari diatara huruf-huruf keyboard, saat matamu memandang hampa pada layar monitor yang kosong, saat fikiranmu tak menyumbangkan ide apapun untuk ditulis, saat tarian jemarimu selalu kembali pada tombol backspace ataupun delete, menghapus sebaris kalimat yang susah payah baru saja kau tulis, dan kembali dihantui layar kosong yang menuntut untuk segera dipenuhi dengan kalimat-kalimat, pada akhirnya hanya mampu kutulis deretan kata yang dipenggal koma, yang bahkan belum bisa kusebut itu sebaris kalimat.
Saat hal ini terjadi padaku, Aku menyadari satu hal. Bahwa tak ada penulis ataupun mereka yang bekerja mengandalkan ide untuk sebuah tulisan yang bisa lari dari hal ini, kita semua mengalaminya, bahkan bukan hanya disaat menulis. Dalam maha sandiwara bernama hidup, semua orang mengalami saat-saat dimana ia kehilangan arah, saat dimana ia menyadari bahwa hidupnya hampa hanya berputar pada satu poros tanpa pernah berfikir untuk mencoba poros yang lain, saat dimana kita kehilangan pijakan dan tenggelam dalam keterasingan, saat kita enggan melepas topeng diri demi hidup yang diakui, saat kita enggan mengakhiri dramaturgi hidup yang kita lebih-lebihkan untuk menutupi kekurangan yang ada, saat kita tak tahu apa-apa untuk mengisi hidup kita, saat kita merasa ada dan tiadanya diri kita tak berarti untuk apapun atau untuk siapapun di dunia ini, namun semua yang terjadi dalam kehidupan ini tak pernah berlangsung selamanya, semua adalah siklus yang selalu berganti sesuai ketetapanNya, Dia yang mengatur, Dia sang sutradara abadi. hingga pentas yang berhenti sejenak untuk bahan refleksi kembali bergulir sesuai skenario, hingga layar kosong yang menyisakan sederet kata yang dipenggal koma kembali bersambung menjadi sebuah kalimat kemudian paragraf dan berakhir dengan harapan menjadi sebuah cerita yang memiliki akhir happy ending.

Wednesday, 10 December 2014

Mencicipi Negeri Lain

Ini tentang bagaimana kuatnya mimpi yang tertanam dalam benakku untuk melangkah keluar menginjakkan kaki tak hanya di luasnya nusantaraku, begitu jelas terbayang anganku kala kubuka mata dan kutemui pemandangan asing ruangan tempatku terjaga, kulirik jendela kamar yang basah berembun karena salju yang turun tadi malam, hingga pagi ini cuaca begitu menggigit tulang manusia tropis ini, jaket yang membungkus tubuhku seperti tak cukup tebal dan hangat untuk menghalau cuaca dingin pagi di Korea. bagaimanapun ini hanya jaket lusuh biasa yang kubawa dari rumahku jauh di Indonesia sana, Apa kabar Indonesia?  sapa mentari pasti telah memandikanmu dengan cahayanya yang hangat sepanjang musim, disinilah Aku menyadari hal kecil itu, ah bahkan Aku tak pantas lagi menyebut itu adalah hal kecil, sungguh itu adalah anugerah besar untuk negeriku.

Indah bukan? kala Aku dapat menulis dan menjadi tokoh sebuah cerita berlatar setting negara asing, setidaknya ada beberapa nama negara yang kini bersarang di hatiku, merayuku untuk segera singgah di pelataran negerinya, Korea dan jepang dengan budayanya yang ajaib, menyatukan gaya hidup modern dan tradisional tanpa menghilangkan salah satunya, vietnam dan thailand yang bagiku seperti twin sisternya Indonesia, atau negara-negara Eropa yang menawarkan bangunan megah bergaya vintage yang mempesona...  

Sebagaimana dulu Aku menginginkan untuk melanjutkan studiku di kota Paris Van Java tanpa biaya, sekeras itu pula Aku menginginkan hal ini, menginjakkan kaki di seluruh penjuru dunia agar Aku tahu bahwa tak ada orang Indonesia yang berhak meremehkan negerinya sendiri, dan tak ada orang asing yang berhak memiskinkan Indonesia.

Saat ini Aku berusaha untuk selalu menjaga semangat ini, semangat ketika Aku terus mencari informasi tentang beasiswa keluar negeri, semangat ketika Aku harus melakukan tes TOEFL atau IELTS yang memakan tidak sedikit biaya, semangat ketika Aku lelah mengejar mimpiku yang satu ini, percayalah mimpi ini telah lama hinggap dalam anganku untuk waktu yang lama, kufikir "ia" akan terus bergentayangan menghantuiku selama Aku diam bermalas-malasan tak mewujudkannya. satu hal yang senantiasa menghidupkan semangatku ketika ia terlalu lelah untuk mengukir asa, adalah ketika Aku membayangkan hari itu, hari dimana Aku pergi ke bandara disertai keluarga yang mengantarku untuk study exchange di negeri kangguru misalnya, atau ketika aku mengemas pakaian untuk study abroad ke benua biru, how cool!









Wednesday, 26 November 2014

Mengeja Sampai Membaca, Menggaris Sampai Menulis

Aku tak tahu kapan pertamakali Aku jatuh cinta pada kegiatan yang satu ini, melakukannya begitu menyenangkan, membuat darahku berdesir setiap kali merangkai kata demi kata menjadi kalimat, kalimat sambung-menyambung menjadi paragraf sampai dengan ajaib paragraf-paragraf itu berubah menjadi sebuah cerita, sebuah sajak atau bahkan sebuah ilmu. InsyaAllah
Sampai pada titik dimana Aku berucap pada diriku sendiri, "Aku ingin menjadi seorang penulis yang menghasilkan karya yang bermanfaat". 

Bagiku menulis sama menyenangkannya dengan membaca, membaca membuatku merasakan pengalaman orang lain, membaca  membawaku berjelajah mengunjungi berbagai tempat diseluruh penjuru dunia bahkan tempat yang tidak pernah ada sekalipun, membaca membuatku tahu cara memanfaatkan waktu dengan baik walaupun hanya kuhabiskan dengan diriku sendiri tanpa rasa bosan, membaca membuatku memahami banyak hal tentang hidup dan cara menjalaninya dengan bijaksana walaupun badai besar seperti tak pernah selesai menghantam hidupku.
Dan menulis, mencipta sesuatu dengan ajaib hanya dengan menggunakan kata-kata sederhana, lalu merangkai kata-kata sederhana itu, mengolahnya dengan fikiran dan hati, maka akan tercipta satu makna darinya yang akan mampu mengubah pandangan orang lain yang membaca karyamu tentang dirinya sendiri tentang dirimu bahkan kekuatan tulisan mampu mengubah dunia bila yang kau hasilkan adalah sebuah mahakarya yang dihimpun dari hal sederhana berupa rangkaian huruf yang bermakna suatu manfaat.

Satu hal yang baru kupahami dan paling menjadi alasanku menyukai kedua kegiatan ini, menulis dan membaca membawaku pada Tuhan. apapun yang kutulis dan kubaca selalu bermuara padaNya, entah itu nantinya ku tuangkan langsung dalam tulisanku ataupun hanya ku maknai sendiri di dalam hati. tapi selalu, setiap kali Aku jauh dariNya dua hal ini yang membawaku untuk kembali dekat denganNya. 

:) 

note : Terimakasih tak terhingga untuk Ibunda tercinta dan Guru-guru yang membuatku mampu mengeja sampai membaca, menggaris sampai menulis. Jazakumullah.








Tuesday, 25 November 2014

Oppa, Go to hell

Coming soon
This is part of short story  “Oppa, Go to Hell”

Kamu adalah seseorang paling menyebalkan, orang yang katanya sudah dewasa tapi tak lebih seperti anak SMA di mataku! Jika kamu tak bisa menepati jangan pernah menjanjikan sesuatu, Aku hanya perempuan 19 tahun yang ingin menunjukan bahwa Aku juga bisa menjadi seorang yang dewasa, ah tapi kamu malah bertingkah sebaliknya, sekali lagi tak lebih seperti anak SMA! Menghancurkan semua yang sudah akan ku impikan bersamamu, sial! Aku juga melibatkan keluargaku dalam hal menjijikan ini, penghianatan ini. Sudah pergilah dengan tingkah kekanak-kanakanmu itu, siapa pula yang ingin menjadi istri dari laki-laki egois yang kekanak-kanakan, tak bisa menikmati makanan dengan baik, dan berbicara pada mereka seolah-olah bahwa kamu adalah korban dalam hubungan ini, jujur Aku muak dan bagus kamu sekarang dengan sendirinya meninggalkan Aku karena kini Aku dapat berfikir jernih dan menilaimu tanpa basa-basi, kamu… bocah SMA  yang bersembunyi dibalik angka 26 tahun,
Aku tahu apa yang kau fikirkan, bagimu Aku adalah perempuan yang membosankan dengan sedikit kata yang keluar dari mulutku, tak banyak yang ku bicarakan padamu, namun yang harus kau tahu juga bahwa inilah Aku yang tak seperti perempuan kebanyakan, Aku lebih senang mendengarkan mereka yang berbicara padaku tanpa menuntutku untuk berbagi kata dengan mereka, jika Aku mau Aku bisa cerewet membicarakan hal yang tak penting seperti perempuan pada umumnya, bergosip, membicarakan fesyen, mengomentari hidup orang lain, menertawakan hal yang sebenarnya tak ada lucu-lucunya atau apapun yang hal bagiku tak menyenangkan untuk dibicarakan. Dan termasuk segala sesuatu tentangku, kau tak harus tahu masa lalu ku untuk mengerti Aku,cukup lihat Aku yang sekarang, berapa kali Aku bilang bahwa masa lalu ku biasa saja tapi kau memaksaku untuk bercerita, ah dasar egois. Satu hal yang ku suka darimu adalah kepergianmu. Kau mengambil langkah yang tepat, meninggalkan perempuan yang membosankan ini, tapi fikiranmu itu terlalu cepat menyimpulkan Aku orang seperti apa, waktu yang kita lewati di hari lalu kamu tak belajar banyak tentangku, kamu (masih) tak tahu Aku, kita tak akan pernah saling mengenal karena dari awal Aku tak ingin mengenal orang sepertimu, situasi yang memaksaku, dan itu menguntungkanku karena kehadiranmu saat itu melepaskan Aku dari jerat laki-laki lain yang tak mungkin mau melepaskan Aku bila Aku tak menciptakan kondisi seperti kemarin. Big thanks.

Dalam pelarianku aku hampir menemukan cinta
Tapi ia menghancurkan segalanya,
Pergi begitu saja,
Bedalih dengan alasan yang KONYOL
Aku benci kepergian, perpisahan
Tanpa kata maaf atau terimakasih
Kau fikir Aku ini apa?
Bahkan aku ragu kalau kau adalah manusia
Ah.. malaikat tak bersayap?
Setan tak bertanduk baru benar
Sekerat daging yang kau sebut hati
Mungkin tak pernah kau gunakan
Buang saja, Oppa.




LOBOW - SALAH


Sepanjang Perjalanan CintamuKau Bilang Aku Yang Paling TangguhTapi Mengapa Kau Tinggalkan AkuDengan Alasan Yang Tak Jelas

Apa Aku Pernah MengeluhApa Aku Pernah BerlariSaat Kau Ada MasalahApa Aku Pernah MembualApa Aku Tak MengimbangimuSayang Kau Menilaiku Salah
Sepanjang Perjalanan CintamuKau Puji Aku Setiap WaktuTapi Kenyataannya BerlawananKutak Pernah Ada Baiknya

Salah…Salah…Salah…

Sayang Kau Menilaiku Salah
Salah…

Sunday, 16 November 2014

Mau Kemana Jurusan Pendidikan Sosiologi?

   



           Senin (27/10/14) pagi sekitar pukul 08:30 Saya dan teman-teman berangkat dari Kampus Bumi Siliwangi UPI tercinta :D menuju sekolah SMKN 1 Bandung untuk melakukan observasi, niat kami ya semata-mata melakukan observasi ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kurikulum dan Pendidikan (bahasanya cover makalah banget yah), jadi ini tugas kelompok, dan kelompok Saya berjumlah 4 orang diantaranya ada Oki, Sena, Febriant, dan Saya. well, pada akhirnya dari kampus Saya berangkat berdua dengan Oki karena Sena berangkat dari rumah langsung ke TKP :D sedangkan Febriant berhalangan hadir -_- yang unik Saya dan Oki berangkat ke 'TKP' naik Damri (terus apa uniknya?) ya buat yang udah biasa naik Damri sih gak unik tapi bagi Saya ini pengalaman pribadi Saya naik Damri berdiri di barisan paling depan karena tak ada tempat duduk kosong yang tersisa untuk kami, untungnya hal ini hanya berlangsung selama kurang lebih sekitar sepuluh menit, karena setelahnya banyak penumpang yang turun dan akhirnya kami bisa duduk, sepuluh menit yang mendebarkan, kenapa? ah rasakan saja sendiri bagaimana rasanya berdiri berdesak-desakan dan posisi kita ada di paling depan yang otomatis tidak ada penghalang saat mobil mengerem, percayalah itu sangat mendebarkan ! dan apalagi? tangan Saya rasanya mati rasa karena pegal ! (gak lagi-lagi deh naik Damri yang penuh sesak kayak tadi -_- ) >> kecuali darurat :D

             Tapi guys, bukan pengalaman tentang 'Tragedi Damri' ini yang ingin Saya bahas, tapi pengalaman setelah kita sampai di 'TKP' yaitu di SMKN 1 Bandung, fyi Sena udah tiba disana duluan, berkali-kali Saya minta maaf karena keterlambatan Saya dan Oki -_- Sena bilang gak apa-apa cuma nunggu sejam kok ... I think this kind of eufimisme .. I am really sorry Sen:')
#skip
         
             Ceritanya kita bertiga udah diruang wakasek nih, kita mulai wawancara Bu Rina (Wakasek Kesiswaan SMKN 1 Bandung) yang sebelumnya kita udah buat janji sama beliau, so far selama wawancara instrumen wawancara kita yang seputar Kurikulum 2013 dapat dijawab dengan baik dan sangat jelas oleh beliau, tapi ... ini bagian yang paling menarik, ceritanya wawancara kita selesai, berhubung tugas kita selain wawancara juga ditugaskan oleh dosen untuk meminta RPP, Silabus juga struktur Organisasi sekolah maka Oki dengan sukarela keluar dari ruangan Wakasek untuk fotokopi Silabus, tingalah Saya dan Sena di ruang Wakasek itu bersama Bu Rina dan Guru lain yang sehari-hari bekerja diruangan itu, untuk sesaat kami mengobrol awalnya hanya basa-basi kemudian kembali ke topik wawancara seputar kurikulum 2013 itu lagi, Bu Rina mengatakan bahwa di Kurikulum 2013 mata pelajaran Sosiologi itu tidak ada karena sudah dilebur kedalam mata pelajaran Sejarah Indonesia, jujur Saya kaget karena baru mengetahui hal ini sekarang, dan kemudian Bu Rina bertanya Nah, kalian bagaimana? otomatis apa yang Saya dan Sena juga pasti pikirkan saat lulus nanti apakah ilmu Sosiologi yang kami miliki akan dapat tersalurkan di sekolah-sekolah bila kelak Kurikulum 2013 tetap diterapkan di Indonesia ini? untuk sesaat kami hanya menunjukan wajah bingung, dan kemudian Oki datang, kami langsung tertuju pada Oki dan seketika melupakan obrolan kami tadi. setelah itu kami pamit keluar ruangan untuk mewawancara beberapa siswa yang kebetulan sedang tidak berkegiatan diluar kelas,Singkat cerita kegiatan observasi kami selesai.

Sepanjang perjalanan pulang, Aku memikirkan pertanyaan Bu Rina, Mau Kemana Jurusan Pendidikan Sosiologi? satu hal yang langsung muncul di benak Saya, sebaris kalimat yang sederhana namun begitu bermakna bagi Saya, "ilmu tetaplah ilmu, tak peduli dimanapun engkau mengajarkannya" ya,kalimat itu terus terngiang di fikiranku untuk waktu yang lama setelah kegiatan observasi itu, ilmu... tetaplah ilmu... dimanapun kita mengajarkannya, Saya dan teman-teman Saya dari jurusan Pendidikan Sosiologi yang setiap hari berkutat dengan masyarakat, mengamati fenomena didalamnya, dari mulai hal yang sederhana, kecil dan mungkin dianggap bukan sesuatu yang menarik untuk diperhatikan tapi Saya pribadi dari kejadian sehari-hari didalam masyarakat itu selalu mendapatkan ilmu yang kemudian bisa Saya tuangkan dalam sebuah karya, baik itu karena tugas ataupun karena rasa ingin berbagi makna seperti tulisan ini, dari hal ini Saya dapat mengambil pelajaran, kelak jika Saya sudah lulus dari kampus, jadi apapun Saya nanti, dimanapun Saya bekerja nanti kalau toh memang Saya tidak dapat bekerja ditempat yang 'sesuai' dengan juruan yang Saya ambil, Saya tetap percaya bahwa Saya masih tetap bisa mengamalkan apa yang Saya dapat dari kampus, TIDAK HARUS menjadi tenaga pendidik di kota yang 'katanya' berupah besar dan banyak tunjangan atau tidak menjadi PNS sekalipun, toh kita tetap memiliki kewajiban untuk mengamalkan ilmu yang kita dapat,
cobalah kita untuk  menggugat nurani kita, sekerat daging yang kita sebut hati tanyakan padanya bagaimana jiwa pendidik yang sebenarnya?
> obsesi mengajar di daerah kota dengan upah dan tunjangan yang besar serta titel PNS yang begitu dianggap segalanya?
> lulus dari kampus, ikut program mengajar di daerah terpencil, program selesai dan kembali ke obsesi mengajar di daerah kota dengan upah dan tunjangan yang besar serta kembali memburu titel PNS?
> atau, lulus dari kampus kemudian mengabdikan diri berbagi ilmu dengan saudara-saudara kita yang berada jauh dari jangkauan fasilitas negeri ini yang tak adil? mengabdi untuk waktu yang lama tanpa terpaku pada batas waktu sebuah program, hanya fokus pada bagaimana cara agar mereka yang kita bantu benar-benar merasa terbantu dengan ilmu yang kita amalkan, hanya terus mengukir jawaban atas pertanyaan bagaimana kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat? lewat tindakan kita hari ini, esok dan masa yang akan datang. sampai waktu dimana mereka tak lagi membutuhkan kita, sampai waktu dimana mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang kita sebut agent of change yang lebih dari kita.


ini tentang Bagaimana kita akan dikenang oleh mereka yang kita tinggalkan nanti saat kita kembali padaNya.

Untuk hari ini Saya baru dapat berbagi melalui tulisan, seperti hal nya tulisan ini :)
setidaknya. Saya melakukan sesuatu yang disebut berbagi, entah ini ilmu atau bukan yang jelas suatu pengetahuan yang menghasilkan sebuah manfaat jelas adalah sebuah ilmu. sekecil apapun itu tetap tak akan luput dari penilaianNya. semoga tulisan ini menjadi ladang amal Saya. dan bermanfaat bagi teman-teman yang membacanya.

:)




Saturday, 25 October 2014

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

Pembentukan Suku-Bangsa dan Negara
Oleh 
Nenden Maesaroh 
Pendidikan Sosiologi UPI 2013

Suku-bangsa yang beraneka ragam sebagai pendukung bangsa Indonesia, Pada zaman kolonial Belanda diantaranya disebut sebagai bangsa yang berbeda pengertiannya dengan bangsa primitif. Pengertian bangsa merupakan kelompok masyarakat  yang besar dengan wilayah budaya yang luas, pernah berdaulat sebagai sebuah negara (kerajaan) yang merdeka sehingga disebut sebagai bangsa yang memiiki sejarah.Akibat adanya pengaruh penjajahan menyebabkan mereka terpecah kedalam beberapa kelompok masyarakat dan kebudayaan, di bawah  kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda.
Sedangkan pengertian bangsa Primitif nampaknya lebih menitikberatkan pada masyarakat tertentu yang terbatas jumlah dan wilayahnya, mereka dianggap sebagai bangsa yang tidak memiliki sejarah seperti halnya masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat dan memiliki budaya asli yang belum banyak tercampur dengan budaya lain, kadangkala ahli antropologi Eropa menamakannya masyarakat primitif.

Pengertian Primitif menurut Sasongko (1954: 16-17) :
Primitief berasal dari kata “primus” yang berarti aseli, belum mendapatkan pengaruh-pengaruh dari luar… Tanda-tanda masjarakat primitief ialah terpentjil. Disitu belum ada pemisahan (Differentiatie). Pemetintahan hanja dipegang oleh seorang sadja…. Kadang-kadang orang jang memegang pimpinan pemerintahan ini juga mendjadi pemimpin peperangan…. Tambahnya pula bahwa bangsa yang primitief masih menggantungkan dirinya kepada kekuasaan alam. Semua yang dipergunakan masih merupakan hatsil-hatsil alam…. Masjarakat primitief  sifatnya statisch tidak hanya dynamisch ….

Pengertian masyarakat primitive ini tampaknya terlalu sangat sederhana dan terlalu menonjolkan kekurangan dari mereka. Badan Kesejahteraan Sosial Nasional  pada tahun 1985 dalam Garna (1992:95) menyebutkan bahwa masyarakat demikian disebut sebagai masyarakat terasing yang diartikan sebagai berikut.
Masyarakat yang kondisi kehidupan dan penghidupannya masih sangat sederhana dan terbelakang, baik oleh karena tempat tinggalnya yang sederhana, tersebar dan terasing, karena isolasi fisik dan sosial budaya dan belum terjangkau oleh pelayanan pembangunan.

Pengertian masyarakat terasing sama halnya dengan pengertian masyarakat primitive yang menganggap mereka sebagai masyarakat terbelakang, padahal seiring dengan perkembangan zaman, mereka pun turut mengalami perubahan, hanya saja perubahan yang dialaminya tidak secepat masyarakat lain, karena perubahan yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan hidup mereka.

Pengertian suku-bangsa berkembang lebih cocok dibandingkan dengan pengertian terdahulu, karena pengertian ini sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa setiap masyarakat mengalami perubahan, hanya saja perubahan yang dilakukan suku-bangsa berkembang tidak secepat masyarakat yang lain karena kuatnya ikatan adat dan sikap tradisional yang mereka miliki, sehingga setiap perubahan yang terjadi dikhawatirkan dapat mengganggu tatanan hidup yang telah berjalan dan dapat mengakibatkan kerugian bagi kehidupan mereka.
Pengertian masyarakat terasing nampaknya sekarangpun sudah tidak cocok lagi maka diperbaharui menjadi komunitas adat terpencil.
Pengertian yang lebih luas dari suku bangsa berkembang adalah suku bangsa  yaitu : Kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lai berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa.

Untuk mengetahui keberadaan suku bangsa menurut Narroll dalam Barth (1998:11) menganggap suku bangsa sebagai suatu populasi, yaitu :
1.Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan,
2.Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya;
3.membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan
4.menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dengan kelompok populasi lain.

Sebelum terbentuknya suku bangsa terlebih dahulu diawali dengan pembentukan kelompok kecil (bands) kemudian komunitas. Hal ini mengacu kepada pembentukan suku-bangsa di Indonesia yang semuanya meyakini bahwa penduduk Indonesia berasal dari Utara. Pandangan itu apabila ditelusuri pada setiap suku-bangsa di Indonesia terdapat persamaan-persamaan beberapa  kata yang artinya pun sama. Begitu pula dalam adat kebiasaan mereka memiliki persamaan. Hali ini menunjukan bahwa mereka berasal dari sumber yang sama.

Pembentukan Negara

Pembentukan Negara dimulai dari perkembangan kelompok masyarakat (bands) yang akhirnya menjadi bangsa yang berada di bawah naungan suatu Negara.Pembentukan Negara dan bangsa yang didasari dari perkembangan komunitas suku-bangsa yang semakin meluas dan melebar wilayahnya, sehingga menjadi kerajaan-kerajaan kecil, kemudian kerajaan tersebut menaklukkan komunitas-komunitas suku bangsa atau kerajaan lain untuk memperbesar wilayah kerajaan bersangkutan.Hal ini terjadi pada kehidupan bangsa Indonesia sebelum datangnya pengaruh kebudayaan India melalui melalui agama Hindu dan Budha.

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa danSumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.

Nusantara pada periode prasejarah

Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali ditemukan di Sangiran
Secara geologi, wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebutNusantara) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis) di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga masa Zaman Es terakhir.
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 60 000 sampai 70 000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.Mereka, yang berfenotipe kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa danFilipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik.
 Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktik-praktik megalitikum, serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan perniagaan.

Era pra kolonial

Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra atau Swarna dwipa sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke-5, yaitu: Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam,Kalimantan. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut.
Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).

Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam

Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada KhalifahUmar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganutBudha.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.

Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada parapedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kerajaan Iha, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.

Era kolonial

Kolonisasi Portugis dan Spanyol

Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tejo yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.

Kolonisasi VOC

Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.

Kolonisasi pemerintah Belanda

Era Napoleon (1800-1811)

Setelah VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) jatuh bangkrut dan dibubarkan pada akhir abad ke-18, tepatnya adalah pada tahun 1 Januari 1800 dan setelah Belanda kalah Perang Eropa dan dikuasai Perancis, maka Hindia-Belanda jatuh ke tangan Perancis, walaupun secara pemerintahan masih di bawah negara kesatuan Republik Belanda (hingga 1806), kemudian dilanjutkan Kerajaan Hollandia (hingga 1810). Sejak saat itu dimulailah perang perebutan kekuasaan antara Perancis (Belanda) dan Britania Raya, yang ditandai dengan peralihan kekuasaan beberapa wilayah Hindia-Belanda dan perjanjian, antara lain Persetujuan Amiens hingga Kapitulasi Tuntang.
Dalam masa ini Hindia-Belanda berturut-turut diperintah oleh Gubernur Jenderal Overstraten, Wiese, Daendels, dan yang terakhir adalah Janssens. Pada masa Daendels dibangunlah Jalan Raya Pos (jalur Pantura sekarang), kemudian meluaskan daerah jajahan hingga ke Lampung, namun kehilangan Ambon, Ternate dan Tidore yang direbut Britania. Tahun 1810 ketika Perancis menganeksasi Belanda, maka bendera Perancis dikibarkan di Batavia, dan Daendels kembali ke Eropa untuk berperang di bawah Napoleon. Janssens, penggantinya, tidak memerintah lama, karena Britania di bawah Lord Minto datang dan merebut Jawa dari Belanda-Perancis.


Interregnum Britania (1811-1816)

Setelah Britania menguasai Jawa, pemerintahan beralih sementara dari Belanda ke Britania, hingga akhir perang Napoleon pada 1816 ketika Britania harus mengembalikan Hindia-Belanda kepada Kerajaan Belanda. Lord Minto menjadi Gubernur Jenderal pertama yang bermarkas di India, sedangkan Raffles diangkat menjadi Letnan Gubernur yang memimpin Jawa. Raffles kemudian membenahi pemerintahan di Jawa sesuai sistem pemerintahan Britania.
Salah satu penemuan penting pada pemerintahan Raffles adalah penemuan kembali Candi Borobudur, salah satu candi Buddha terbesar di dunia, dan Gunung Tambora di Sumbawa meletus, dengan korban langsung dan tidak langsung mencapai puluhan ribu jiwa

Pemerintahan Kerajaan Belanda (sejak 1816)

Setelah Kongres Wina mengakhiri Perang Napoleon dan mengembalikan Jawa ke Belanda, sejak 16 Agustus 1816 pemerintah Kerajaan Belanda berkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah Hindia-Belanda yang tertulis dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun 1814 dan diamandemen tahun 1848, 1872, dan 1922 menurut perkembangan wilayahHindia-Belanda, hingga 1942 ketika Jepang datang menyerbu dalam Perang Dunia II.

Dalam masa ini, terjadi pemberontakan besar di Jawa dan Sumatera, yang terkenal dengan Perang Diponegoro atau Perang Jawa, pada tahun 1825-1830, dan Perang Padri (1821-1837), dan perang-perang lainnya. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Politik Etis (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.

Gerakan nasionalisme

Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi Utomo. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.

Perang Dunia II

Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.

Pendudukan Jepang

Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah,Malaya, Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.

Era kemerdekaan

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden danMohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.

Kesimpulan dan Analisis

Pembentukan suku bangsa dan negara tidak terjadi begitu saja, ada proses serta tahapan-tahapan yang harus dilalui dan ini  memerluka waktu yang lama. Didalam materi Pembentukan suku bangsa dan negara ini kami mengambil contoh asal-usul munculnya keberagaman suku bangsa Indonesia serta perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
pengertian negara itu sendiri adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.
Berdasarkan fakta sejarah yang ada terbentuknya negara Indonesia itu karena Pengumuman (Proklamasi) Hal ini terjadi karena suatu daerah yang pernah menjadi daerah jajahan ditinggalkan begitu saja. Sehingga penduduk daerah tersebut bisa mengumumkan kemerdekaannya.

Sedangkan bila ditinjau dari teori terbentuknya negara, menurut kami negara Indonesia terbentuk atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam teori terbentukna negara hal ini masuk kedalam teori yang bersifat spekulatif yaitu Teori Teokrasi (ketuhanan) menurut teori ketuhanan, segala sesuatu di dunia ini adanya atas kehendak Tuhan, sehingga negara pada hakekatnya ada atas kehendakNya. Penganut teori ini adalah Fiedrich Julius Stah,  yang menyatakan bahwa negara tumbuh secara berangsur-angsur melalui proses bertahap mulai dari keluarga menjadi bangsa dan negara.


Daftar Pustaka

Drs. Ridwan Effendi, M.Ed., Dr. Elly Malihah, M.Si., Pendidikan Lingkungan Sosial, budaya dan Teknologi. (2007), Bandung: CV.Yasindo Multi Aspek.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia
http://file.upi.edu


Friday, 10 October 2014

Sering Aku tak dapat menyelesaikan bait-bait yang membingkaimu didalamnya, tapi tidak dengan bait ini. Kuselesaikan untukmu

Aku rindu sosokmu Ayah, ... 
kau yang selalu menungguku pulang
kau yang terlalu mengkhawatirkan kami, anak-anakmu
kata-katamu ... bahkan lebih bawel dari ibu, setidaknya begitu menurutku
kau yang selalu memberi uang saku lebih, Aku rindu padamu :'D
Ah Ayah, benarkah kau telah pergi?
jawabannya telah lama kusadari,
saat itu, saat Aku lupa rasanya menjadi seorang anak perempuan yang dimanja ayahnya
saat itu, saat Aku melihat seorang gadis kecil dengan riang dituntun Ayahnya
saat mereka tertawa lepas, berbagi cerita 
hei ! Aku pernah seperti itu !
Aku pernah sebahagia gadis kecil itu !
menatap lama pemandangan seperti itu, membuatku beku 
kuputuskan untuk berlalu melewatinya
berjalan, menunduk..
atau terkadang menatap lurus namun hampa
mencoba memutar kenangan masa lalu kita 
setiap langkah terbayang senyummu,
setiap langkah terbayang marahmu
setiap langkah terbayang  lahapnya santapmu saat makan
setiap langkah terbayang wajahmu yang lelap tertidur
setiap langkah aku berusaha menahan agar tangisku tak pecah
atau setidaknya jangan ada air mata yang menetes 
jangan sekarang, jangan disini.. bisikku
tapi Ayah, kadang hujan menyelematkanku
menyembunyikan air mataku yang tak lagi tertahan,
seperti hari kemarin
hujan di senja hari, teramat mendung semendung Aku yang sekarang membingkaimu dalam sajak
ah tidak,
jangan bersedih
jika aku menangis saat Aku menulis, itu karena hatiku ada dalam tulisan itu 
ia hadir menumpahkan rindu lewat rangkaian kata dan air mata membenarkan segalanya yang tertuang disana
Aku bahagia, menemukan jalan untuk 'berkisah' denganmu Ayah,
lewat tulisan, menulis adalah jembatan kita... aku 'berbicara' padamu 
dan engkau ... abadilah selalu dalam caraku mengeja makna kehadiranmu yang sesaat namun kuat terpahat padaku ... pada rupaku ... pada sifatku ... engkau nyata adalah bagian tak terpisahkan dari diriku,
terimakasih... ayah.. 
Aku benar-benar bahagia menjadi anakmu, sungguh
Aku tak marah karena kepergianmu, Allah maha mengetahui yang terbaik 
Aku berjanji akan tumbuh dewasa dalam hal apapun SAMA seperti mereka, 
karena Aku juga memiliki ayah, tak pernah kehilangan ayah  :) 
entah ini sajak yang ke berapa, tapi ...
selalu, setiap kali Aku menulis tentangmu
air mata berlomba menghalangi fokusku pada layar monitor
mereka menetes diantara huruf -huruf keyboard 
dan Aku.. terisak.. lagi
membuat gulungan tisu berserakan
*sekali lagi, jangan bersedih
jika aku menangis saat Aku menulis, itu karena hatiku ada dalam tulisan itu 
ia hadir menumpahkan rindu lewat rangkaian kata dan air mata membenarkan segalanya yang tertuang disana

salam rindu untukmu Ayah, 
({}) 



Sunday, 28 September 2014

Petualangan Hati : 2821mdpl Part III (END)

Masih di pucuk gunung Cikuray
Malam syahdu berlalu
Pagi datang merindu 
Tuhan, 
Aku tak akan melupakan pagi ini
Salah satu pagi terindah dalam hidupku
Terimakasih telah mengizinkanku berdiri di puncak ini
Menyaksikan elok mahakaryaMu yang indah tiada bandingan
Kulihat dari ufuk timur sana,
Ia muncul perlahan naik sepenggalah ... 
Si bola api yang ditunggu ribuan pasang mata saat itu
Ah ia itu dia, muncul ... rona kuning emas melingkupi bulatnya yang sempurna 
Membagi hangat sinarnya
Untuk kami, untukku, Si pendaki baru
Inilah kebaikan yang abadi menurutku
Hangat sinarnya selalu pasti
Menerbitkan harapan setiap hari
Aku janji akan kembali (ditulis pada 04 Agustus 2014)
 ***
Saat dimana aku merangkai 'sajak' ini 
Aku benar-benar mendengarkan hatiku
Katanya, Aku haruslah selalu dan selamanya menjadi Aku 
Mempersembahkan yang terbaik untuk hidup yang hanya satu kali ini
Namun bukan hanya menjadi diriku sendiri yang apa adanya 
Karena Aku yang apa adanya sungguhlah tak terlalu elok perangainya
Tetapi menjadi yang terbaik dari diriku sendiri
bukan be your self tapi be the best of your self
***

Pendakian Puncak Cikuray bukan hanya tentang menikmati secangkir teh berdua di puncak,
Atau sekedar tentang sunset dan sunrise, 
Sejatinya, Pejalanan ini membawa hatiku berpetualang
Mengajariku arti sebuah kepekaan
Bukan hanya tentang rasa, tapi juga tentang sesama
Perjalanan ini menyadarkanku untuk tak menyangkalnya
Ya, kemudian setelahnya Aku berusaha tak menyangkal
Tapi apa? Akhirnya Aku menyakiti seseorang ..
ah bukan !
tiga orang,
Kamu, Dia dan Diriku sendiri
Aku muak ... 
Dan sampai pada satu kesimpulan 
Ada seseorang yang bagaimanapun engkau menyukainya
Tapi ia hanya bisa tinggal didalam hati
Tanpa pernah bisa termiliki
Ini bukan hanya untukku, tapi bagi kami bertiga 
Ini bukan tentang siapa yang lebih mencintai siapa lalu berhak mendapatkan siapa
Bukan,
Dengan sadar dan sama sakit hatinya
Aku memutuskan membawa kita pada satu titik dimana semuanya jernih
Sakit... namun aku percaya waktu adalah obat terbaik
Sampai dimana aku menulis ini sekarang.. 
Sakit itu kian memudar
Teman, kita pasti akan kembali mencair
Kelak kita akan kembali tertawa lepas 
Menertawakan kekonyolan ini,
...
Kamu dan Dia
Selamanya, akan lebih sempurna di sisiku sebagai seorang teman
...
Dan perjalan kemarin 
... 
Membawa hatiku bertualang menjelajahi banyak rasa kehidupan seorang remaja akhir :D
...
Dalam hidupku Aku selalu menempatkan seorang teman dalam hatiku
Dan kalian akan selalu jadi penghuninya,
... terimakasih teman-teman
***
Hari ini dengan tegas Aku dapat berkata,
Seseorang diluar sana pasti datang menjemputku
Bukan untuk bermain,
***
Teman, sudah saatnya Aku menyiapkan diri
sebelum seseorang itu tiba
***
Dan kalian, lekaas pula bersiap
untuk menjemput seseorang yang lebih baik daripada Aku.
***
Do'a ku .. selalu ada untuk kalian..
Do'akanlah Aku pula
***
Teman kalian.