Ø
Sejarah Psikologi Sosial
Psikologi merupakan
kata yang diambil dari bahasa Belanda “psycologie” atau dari bahasa Inggris “
psychology”. Ditinjau dari sudut asal katanya, kata psycologie dan psychology
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua buah kata, yaitu “psyce”
dan “logos” yang berarti jiwa dan ilmu. Berdasarkan kedua pengertian itu, maka
orang dengan mudah memberikan batasan atau pengertian psikologi sebagai ilmu
pengetahuan tentang jiwa atau sering disebut dengan “ilmu jiwa”.
(Walgito,2002:1)
Pada tahun 1930, di
Amerika Serikat telah dikembangkan psikologi yang secara khusus mempekajarti
hubungan antar manusia. Akhirnya muncullah cabang ilmu baru dari ilmu jiwa ini
yang kemudian dikenal dengan istilah psikologi
sosial.
Masalah-masalah yang menjadi fokus bahasannya
adalah kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan kontek sosialnya.
Diantara
kegiatan-kegiatan tersebut adalah kelompok organisasi, kepemimpinan nya,
anggota atau pengikut nya, prilaku moral nya, kekuasaan nya, komunikasinya, dan
kebudayaan nya ( Ahmadi, 2002 ).
Dalam kehidupan
sehari-hari, hubungan diantara manusia tersebut ternyata tidak selamanya berjalan
lancar. Adakalanya muncul kesalahpahaman, perselisihan, pertengkaran,
permusuhan, bahkan peperangan. Lingkup kejadiannya tidak saja terjadi dalam
skala yang kecil ditingkat keluarga dan lingkungan kelurahan tetapi juga bisa
terjadi dalalm skala ynag lebih besar ditingkat nasional dan internasional.
Dalm kajian psikologi sosial hal ini terjadi karena tidak adanya kesamaan
pandang terhadap suatu pola perilaku pada suatu struktur kelompok sosial.
Masing-masing pihak merespon rangsangan sosial yang diterimanya dari lingkungan
sosial, sehingga memunculkan sikap memilih atau menghindari sesuatu.
Peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada hubungan antar manusia tersebut mendorong para ahli untuk
memberikan definisi operasional pada psikologi sosial karena dalam tatanan ilmu
pengetahuan masih termasuk dalam ilmu yang baru terbentuk.
Definisi psikologi sosial
1.
Roueck and Warren dalam bukunya “Sociology” memberikan batasan bahwa
:”Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segi-segi
psycholois daripada tinghkah laku manusia, yang dipengaruhi oleh interaksi
sosial.” Dalalm sefinsi ini telah dinyatakan bahwa interaksi amnusia telah
nyata pengaruhnya pada tinghkah laku manusia.
2.
Boring, Langveld, and Weld dalam bukunya “ Foundations of Psychology”
berpendapat bahwa: “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
individu manusia dalam kelompokknya dan hubungan antara manusia dengan
manusia.”
3.
Kimball Young (1956) menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah studi tentang
proses interaksiindividu manusia.”
4.
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (1962) menytakn bahwa : “Psikologi sosial
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku individu di dlaam masyarakat.”
5.
Joseph E. Mc. Grath (1965) menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu
yang menyelidiki tingkah laku manusia sebagaiman dipengaruhi oleh kehadiran,
keyakinan, tindakan, dan lambang-lambang dari orang lain.”
6.
Secord dann Backman (1974) menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu
yang mempelajari individu dalam kontek sosial.”
.:. “Psikologi sosial
adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu
dalam hubungannya dngan situasi sosial.” Dengan demikian membicarakan psikologi
sosial tidak dapat dilepaskan deri pembicaraan individu yang berhubungan dengan
situasi-situasi sosial.
Ø Ruang Lingkup Psikologi Sosial
Psikologi Sosial yang
menjadi objek studinya adalah segala gerak gerik atau tingkah laku yang timbul
dalam konteks sosial atau lingkungan sosialnya. Oleh karenanya masalah pokok
yang dipelajari adalah pengaruh sosial . Hal ini terjadi karena pengaruh sosial
inilah yang mempengaruhi tingkah laku individu. Berdasarkan inilah Psikologi
Sosial membatasi diri dengan mempelajari dan menyelidiki tingkah laku individu
dalam hubungannya dengan situasi perangsang sosial (Ahmadi, 2005)
Objek pembahasan dari
Psikologi Sosial tidaklah berbeda dengan psikologi secara umumnya. Bila objek
pembahasan psikologia dalah manusia dan kegiatannya, maka Psikologi Sosial adalah
kegiatan-kegiatan sisoalnya. Masalah yang dikupas dalam psikologi umum adalah
gejala-gejala jiwa sep[erti perasaan, kemauan, dan berfikir yang terlepas deri
alam sekitar.Sedangkan dalam Psikologi Sosial masalah yang dikupas adalah
manusia sebagai anggota masyarakat, seperti hubungan individu dengan individu
yang lain dalam kelompoknya.
Psikologi Sosial
dalam membicarakan objek pembahasannya dapat pula bersamaan dengan sosiologi.
Masalah-masalah sosial yang dibicarakan dalam sosiologi adalah kelompok-kelompok
manusia dalam satu kesatuan seperti macam-macam kelompok,
perubahan-perubahannya, dan macam-macam kepemimpinannya. Sedangakan dalam
Psikologi Sosial adalah meninjau hubungan individu yang satu dengan yang
lainnya seperti bagaimana pengaruh terhadap pimpinan, pengaruh terhadap
anggota, pengaruh terhadap kelompok lainnya.
Persamaaaan-persamaan
pembahasan sebagaimana penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa ruang lingkup pembahasan Psikologi Sosial berada pada
ruang antara psikologi dan sosiologi. Titik persinggungan inilah yang dalam
sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan memunculkan ilmu baru dalam lapanagn
psikologi, yakni Psikologi Sosial. Psikologi Sosial merupakan bagian dari
psikologi yang secara khusus mempelajari tingkah laku manusia atau kegiatan-kegiatan
manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosialnya. (Ahmadi, 2002)
Ø Tujuan Psikologi Sosial
1.
Membekali peserta didik dengan pengetahuan Psikologi Sosial sehinggat tidak
terpenagruh, tersugesti, atau terpengaruh oleh situasi sosial yang selamanya
tidak bernilai baik.
2.
Membekali peserta didik dengan kemampuan memngiudentifikasi, mengnalisa dan
menyusun alternatif pemecahan masalah-masalah sosial secara teap dan
sisitematis mengenai proses kejiwaan yang berhubuunagn dengan kehidupn bersama.
3.
Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi denagn sesama warga
masyarakat sehingga memudahkan dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan
perubahan dan pengrahan kepada tujuan denagn sebaik-baiknya.
4.
Membekali peserta didik denagn kesadaran terhadap lingkungan sosial sehingga
mampu merubah sifat dan sikap sosialnya.
5.
Membekali peserta didik denagn kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keimuan
psikologi sosial sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembanagn masyarakat
\, perkembanagn ilmu, dan perkembangan teknologi.
Ø
Konsep dasar Psikologi Sosial dan
implementasinya dalam kehidupan msyarakat
Sebagaiman ilmu-ilmu
sosial, objek pembahasan psikologi sosial adalah terpusat kepada kehidupan manusia.
Manusia adalah salah satu ciptaan Tuhan yang memiliki kecerdasan, kesadaran,
dan kemauan yang tinggi dibandingkan dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain.
Kelebihan inilah yang mendorong manusia mampu menguasai alam, menakklukkan
makhluk yang lebih kuat, dan menciptakn segala sesuatu yang dapat
menyempurnakan dirinya. Hal ini bisa tercapai karena dalam diri manusia
terdapat potensi yang selalu mengalami proses perkembangan setelah individu
tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.
Potensi-potensi yang dimiliki
manusia sehingga membedakan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya adalah
sebagai berikut (Ahmadi,2002).
1.
Kemempuan menggunakan bahasa. Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
ini hanyalah semata-mata terdapat pada manusia dalam pengertian bisa merubah,
menambah, dan mengembangkan bahasa yang dugunakan. Sedangkan pada binatang memang
ada tetapi masih sangat sederhana sekali dan terbatas pada bunyi suara yang
merupakan isyarat atau tanda-tanda.
2.
Adanya sikap etik. Dalalm setiap masyarakat pasti terdapat peraturan atau
norma-norma yang mengatur tingkah laku anggota anggotanya baik itu masyarakat
modern maupun masyarakat yang masih terbelakang sekalipun norma tersebut
merupakan ketentuan apakah sesuatu perbuatan itu dipandang baik atau buruk. Norma
tersebut tidak selau sama antara msyarakjat satui dengan yang lainnya sesuai
dengan adat kebiasaan, agama, dan perkembanagn kebudayaan umumnya dimana dia
hidup. Individu sebagai anggota masyarakat berusaha untuk berbuat sesuai dengan
norma yang berlaku dalam masyarakat karena adanya sikap etik yang dimilikinya.
Namun demikian sesuai dengan tuntutan kebudayaan manusia berusaha untuk
menyempurnakan norma yang telah ada.
3.
Hidup dalam 3 dimensi waktu. Manusia memiliki kemampuan untuk hidup dalam 3
dimensi waktu. Manusia mampu mendasarkan tingkah lakunya pada pengalaman masa
lalunya, kebutuhan-kebutuhan sekarang, dan tujuan yang akan dicapai pada masa
yang akan datang. Pengalaman-pengalaman masa lalu merupakan pegangan bagi
perbuatan-perbuatannya masa sekarang, sehingga kesalahan yang sama tidak akan
selalu terulang-ulang. Pengalaman-penaglaman yang tidak baik diingat untuk
tidak berbuat lagi sedangkan pengalaman-pengalaman yang baik dipegang untuk
pedoman dalam kegiatan-kegiatannya masa kini yang kemudian kegiatan tersebut
diarahkan untuk mencapai tujuan yang akan datang dengan sebaik-baiknya. Dengan
perkataan lain bahwa manusia dapat merencanakan apa yang akan diperbuat dan apa
yang akan dicapai.
Ketiga potensi di atas oleh para ahli dijadikan
sebagai syarat “human minimum”. Oleh karenanya biak tidak terdapat ketiga
potensi ini maka akan sukar untuk dikelompokkan sebagai masyarakat manusia.
Pemahaman ini selanjutnya akan mendorong untuk meningkatkan kecakapan dan
potensi diri pribadinya.
Dengan potensinya tersebut, manusia juga
disebut sebagai makhluk monopluralis. Disebut demikian karena manusia dapat
dipandang sebagai makhluk individu, sosial, dan ber-Tuhan.
1.
Makhluk individu. Manusia sebagai makhluk individual berarti manusia itu
mnerupakan suatu totalitas .individu berasal dari kata in-dividere yang berarti
tidak dapat dipecah-pecah. Dalam aliran modern, ditegaskan bahwa jiwa manusia itu
meruoakan satu kesatuan jiwa raga yang berkegiatan secara keseluruhan.
2.
Makhluk sosial. Manusia tidaklah mungkun hidup sendiri tanpa danya komunikasi
dengan manusia yang lainnya. Sejak dilahirkan manusia membutuhkan bantuan orang
lain. Ia memerlukan bantuan makan, minum, dan memenuhi kebutuhan biologisnya.
Demikian pula setalah tumbuh lebih besar, berbicara, belajar, berjalan,
mengenal benda, mengenal norma dan sebagainya selalu membutuhkan bantuan orang
lain di sekitarnya.
3.
Makhluk ber-Tuhan. Sebagai manusia yang beragama, dalam kehidupannya tidak bisa
lepas dari pengakuan terhadap Tuhan. Hanya mereka yang tergolong atheis saja
yang tidak mengakuai adanya Tuhan. Sebenarnya mereka yang atheis pun tanpa
disadari telah menyatakan kebutuhannya kepada Tuhan meskipun tidak sempurna.
Hal ini terbukti denagn aktivitasnya yang menyembah kepada dewa-dewa dan
benda-benda lainnya.
Ø Implementasi Psikologi Sosial dalam kehidupan masyarakat
Dalam setiap masalah
atau kasus yang terjadi di masyarakat pada umumnya disebabkan adanya ketidakseimbangan
perhatian atau pembianaan terhadap kedua aspek yang ada di dalam diri manusia,
yakni aspek jasmani (raga) dan aspek rohani (jiwa). Keseimbangan kedua aspek
tersebut sangat berpengaruh terhadap setiap perilaku individu ketika menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dalam berintraksi dengan masyarakatnya.
Terkait hal di atas
dapat dicontohkan dalam kasus sebagai berikut: seorang remaja yang berusia 18
tahun yang duduk di bangku SMA memiliki sifat introvert. Lingkungan yang keras
dan minimnya pengetahuan tentang keagamaan telah membesarkannya menjadi orang
yang mudah terpengaruh pada situasi dan kondisi di lingkungan sekitarnya.
Selain dari lingkungan
sekitarnya, kasus yang terjadi pada anak ini juga dilatarbelakangi oleh keadaan
keluarganya yang broken home sehingga mengakibatkan pengaruh-pengaruh yang
buruk dari lingkunagn keluarga juga denagn mudah memasuki kehidupannya. Hampir
tiap malam anak ini bergaul dengan teman di lingkungannya yang sering berjudi
dan mabuk-mabukan sehingga proses pendidikannya terganggu.
Terkait dengan kasus
kenakalan remaja di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh lingkungan
yang buruk dan kurangnya perhatian orang tua (broken home) sangat berpengaruh
terhadap perkembangan jiwa keagamaaan dan kerohanian pada diri anak. Dalam hal
ini yang paling utama adalah penanaman jiwa keagamaan anak sejak dini. Jadi,
peranan keagamaan pada diri anak sangat penting dalam kehidpannya, karena
denagn pendidikan agama diharapakan dapat menyaring segala sesuatu yang
bersifat negatif dalam kehidupan bermasyarakat. (Arifin, 2004)
Pendidikan agama
dalam hal ini adalah pendidikan islam yang tidak dibatasi oleh institusi (kelembagaan)
ataupun pada kalangan pendidikan tertentu. Pendidikan islam disini diartikan
sebagai upaya yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap
pembinaaan, bimbingan, pengembanagn, serta pengarahan potensi yang dimiliki
anak agar mereka dapat berfungsi dan berperan sebagaimana hakikat
kejadiannya.
Studi pada kasus di
atas memberikan ilustrasi bahwa betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap
perilaku individu dalam kelompok sosial. Psikologi Sosial dalam hal ini
membantu memberikan pemecahan persoalannya dengan upaya pendidikan keagamaan.
Perangsang sosial yang berupa pendidikan keagamaan dan lingkungan sosial yang
penuh dengan kekeluargaan diharapkan mampu merubah perilaku individu menjadi
lebih baik, sehingga secara bertahap persoalan mendasar dari pengaruh buruk
lingkungan akan terkikis dan tergantikan dengan pengaruh yang baik dari pendidikan
keagamaan.
No comments:
Post a Comment
jadilah yang pertama memberi komentar :)